Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden Seumur Hidup Cukup di China dan Rusia, Gak Mungkin di Indonesia?

Presiden Seumur Hidup Cukup di China dan Rusia, Gak Mungkin di Indonesia? Kredit Foto: Getty Images/TASS/Mikhail Klimentyv
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ini berita politik yang terjadi jauh di belahan bumi sana, namun sedikit mirip dengan isu di Tanah Air, beberapa waktu lalu. Yaitu, soal masa jabatan presiden. Rusia dan China menetapkan presiden mereka akan berkuasa seumur hidup. Biarkan saja mereka begitu, di sini sih jangan sampai begitu ya.

Di Rusia, Presiden Vladimir Putin telah menandatangani Undang-Undang yang memberinya hak untuk tetap berkuasa hingga 2036. Aturan tersebut memungkinkan dirinya mencalonkan lagi untuk dua masa jabatan berikutnya setelah masa tugasnya berakhir pada 2024.

Baca Juga: Perhatian! Putin Teken Undang-Undang yang Langgengkan Kekuasaannya hingga 2036

Seperti dikutip Dailymail, Rabu (7/4/2021), jika terpilih untuk dua periode berikutnya, Putin akan menjadi presiden hingga 2036. Artinya, dia akan menjabat selama 24 tahun, setelah terpilih untuk pertama kali pada 2012. 

Sedangkan The Moscow Times menyebut, ketentuan itu akan memperpanjang masa jabatan Putin selama 20 tahun ketika usianya mencapai 83 tahun.

Di China, Presiden China Xi Jinping sudah lebih dulu melakukannya. Xi Jinping dapat berkuasa seumur hidup setelah Badan Legislatif China secara resmi menghapuskan batas masa jabatan presiden di Maret 2018. Padahal, dalam aturan sebelumnya, presiden hanya maksimal menjabat dua periode, masing-masing lima tahun.

Saat itu, hanya dua delegasi yang menentang perubahan tersebut. Sementara 2.964 anggota parlemen setuju. Dengan keputusan itu, Xi Jinping bisa kembali menjadi presiden meski pada 2023 nanti masa jabatannya untuk periode kedua selesai.

Pengamat Politik Emrus Sihombing melihat, virus berkuasa seumur hidup tengah menjangkit pemimpin dunia. Menurutnya, banyak penguasa yang terlena dengan kekuasaannya, sehingga nafsu untuk melanjutkan kekuasaan muncul. 

“Di politik itu ada tiga, bagaimana merebut, memperluas dan mempertahankannya. Mereka yang ingin memperpanjang kekuasaannya tentu karena ingin mempertahankannya,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menyebut, pihak-pihak yang memperpanjang masa jabatan presiden itu selalu mengklaim untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Padahal, virus itu justru bisa menjadi bumerang di kemudian hari. Nafsu berkuasa seumur itu harusnya dibunuh. 

Dia pun berharap, presiden seumur hidup cukup di China dan Rusia. Di Indonesia, tidak boleh terjadi. Termasuk, pihak-pihak yang mau mendorong agar presiden bisa dipilih untuk tiga periode.

Menurutnya, memperpanjang masa jabatan presiden di Indonesia tidak ada urgensinya. Lagipula, Presiden Jokowi sudah beberapa kali menolak wacana penambahan masa jabatan presiden. Jokowi menegaskan tidak berniat dan tidak berminat.

“Ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi merupakan tokoh yang konstitusional,” katanya.

Soal usulan presiden boleh dipilih tiga periode, seperti yang ramai dibicarakan pada Maret lalu, Emrus melihat, ada yang sedang mencari perhatian dan berharap mendapatkan keuntungan.

“Sebab, yang saya lihat hanya para politisi yang mengusulkan tiga periode. Bukan para akademisi,” ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: