Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelaku Mamin Bukan Tak Mau Terapkan Praktik Industri 4.0, GAPMMI Beberkan Penyebabnya..

Pelaku Mamin Bukan Tak Mau Terapkan Praktik Industri 4.0, GAPMMI Beberkan Penyebabnya.. Kredit Foto: Sufri Yuliardi

“Kurangnya penyedia teknologi yang andal di Indonesia membuat perusahaan harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan dan ini bisa mengakibatkan hilangnya peluang secara signifikan. Membuka akses terhadap penyedia teknologi dari negara-negara lain seperti Singapura, Selandia Baru, Taiwan, Jepang, dan seterusnya akan sangat bermanfaat dalam mempercepat praktik Industri 4.0 bagi sektor mamin,” jelasnya.

Selain itu, sudah bukan menjadi rahasia bahwa beberapa negara lain sudah mengembangkan teknologi-teknologi maju untuk mengimplementasikan Industri 4.0.

Salah satu negara tersebut yakni Selandia Baru, yang telah memanfaatkan perpaduan teknologi yang menggabungkan aspek fisik, digital, dan cyber-physical.

Badan penggerak inovasi Selandia Baru membuka peluang bagi para pelaku bisnis untuk memanfaatkan teknologi pintar (smart technology), dengan menawarkan beragam layanan "starter pack" untuk membantu menerapkan teknologi-teknologi baru tersebut, serta memahami berbagai manfaat yang bisa didapatkan.

Beberapa layanan yang ditawarkan seperti riset dan pengembangan (R&D) manufaktur, pelatihan lean manufacturing, pencetakan 3D, dan penggunaan robot industri. Penerapan Industri 4.0 tersebut memungkinkan sebuah negara untuk memaksimalkan sumber daya yang terbatas guna memenuhi volume produksi optimal, efisiensi, dan praktik yang aman.

Teknologi Industri 4.0 pada umumnya mengedepankan otomatisasi dan integrasi teknologi informasi – setiap bagian berintegrasi dengan bagian lainnya, memungkinkan sebuah proses pengambilan keputusan yang lebih baik, memitigasi risiko dan mencapai hasil yang ditargetkan seperti efisiensi, keamanan, dan konsistensi. Salah satu pilar Industri 4.0 adalah operasional pabrik, yang dapat secara langsung menunjang keseluruhan sistem.

Sebagai contoh, Industri 4.0 memungkinkan pabrik untuk melakukan pemeliharaan preventif guna mengurangi risiko downtime. Konektivitas data akan membantu mengidentifikasi kondisi dari setiap suku cadang, sehingga dapat diperbaiki atau diganti sebelum terjadi gangguan atau kerusakan.

Hal lain yang dapat dijadikan contoh adalah efisiensi listrik dan air yang juga dapat ditingkatkan karena teknologi dapat menghitung pasokan dan distribusi sumber daya berdasarkan kebutuhan dari masing-masing fasilitas pabrik – tidak seperti pada era terdahulu yang belum bisa mengontrol penggunaan sumber daya dengan baik. Hal ini pun sangat bermanfaat dalam mendukung upaya-upaya kebersinambungan lingkungan.

Dengan berbagai praktik baru yang muncul akibat pandemi COVID-19, operasional yang lebih aman menjadi semakin penting dan diperkirakan akan terus berlaku ke depannya.

Teknologi Industri 4.0 menghadirkan lebih banyak Human Machine Interface (HMI), yang memungkinkan satu orang operator dapat mengoperasikan beberapa mesin. Teknologi tidak hanya dapat memaksimalkan peran manusia, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko di lapangan.

“Selain kontak manusia, HMI juga dapat membantu mengurangi kontak 'human-to-product', sehingga menghindari kontaminasi serta menjamin keamanan pangan dan kualitas yang lebih baik,” tambah Adhi.

Pengelolaan risiko, prakiraan bisnis, pemangkasan biaya yang tidak perlu, dan clean operation sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi para pelaku bisnis di Indonesia, untuk meningkatkan kinerja industri guna mencapai daya saing global, baik dari segi harga maupun kualitas.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: