Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Capres di Indonesia? Butuh Restu Sekelas Prabowo Subianto atau Megawati

Jadi Capres di Indonesia? Butuh Restu Sekelas Prabowo Subianto atau Megawati Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Refly Harun, ahli hukum tata negara yang belakangan juga kerap menganalisis perpolitikan Tanah Air, menyebut bahwa orang yang ingin menjadi calon presiden (capres) sangat ditentukan oleh ketua umum partai politik. Hal ini beda dengan sistem di Amerika Serikat yang menerapkan konvensi sebelum penetapan capres.

Refly mengatakan, politik kita sempit. Calon pemimpin mungkin bisa terus berkembang, tetapi praktik politik kita sempit, yaitu adanya penerapan presidential threshold. Dengan adanya presidential threshold, maksimal hanya tiga calon yang maju Pilpres 2024.

Baca Juga: Terus Berkibar di Bursa Capres, Refly Harun: Anies Baswedan Ini Ngeri-Ngeri Sedap Ya...

"Bukan tidak mungkin, dua calon lagi yang akan berlaga. Bayangkan kalau calon-calon tersebut bukan calon yang terbaik," kata Refly di Channel YouTube Refly Harun, Selasa (13/4/2021).

Refly mengatakan, kita tidak seperti sistem Amerika yang ada konvensi partai terlebih dahulu baru kemudian capres itu head to head.

"Kita kan orang menjadi presiden itu sangat tergantung ketua umum (parpol). PDIP ya tergantung ketua umumnya, Gerindra ya tergantung ketua umumnya, Airlangga Hartarto di Golkar juga menentukan, PKB juga begitu. Nasdem juga begitu. Semua partai politik hanya menggantungkan kehendak ketua umum dalam memilih calon-calon presidennya. Mungkin yang tidak cuma PKS saja karena kepemimpinan PKS itu seperti kepemimpinan sekelompok orang. Jadi lebih kolektif kolegial ketimbang individual."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: