Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Quarter Life Crisis Bikin Galau, Apa Sih yang Seharusnya Dilakukan?

Quarter Life Crisis Bikin Galau, Apa Sih yang Seharusnya Dilakukan? Kredit Foto: Unsplash/Zhang Kenny

Di suatu titik hingga akhirnya Ruby bisa berdamai dengan dirinya dari Quarter Life Crisis, Ruby sadar bahwa apa yang ia cari, ada di dalam dirinya sendiri. Di saat itu, ia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:

  • Apa nilai yang kamu punya?
  • Hal apa yang kamu kuasai?
  • Apa yang membuatmu semangat di pagi hari ketika bangun tidur?
  • Kesuksesan versi kamu itu apa?

Setelah bisa menjawab itu semua, Ruby mulai memahami dirinya sendiri, ia mulai percaya diri dan tak lagi galau akan kehidupan. Barulah Ruby mencoba sembilan profesi berbeda yang ia sebut sebagai "Career Capital" sebagai pengusaha. Menurutnya, untuk menjadi pengusaha zaman sekarang, diperlukan banyak skill agar bisa sejalan dengan masa kini.

Yasa Singgih pun melihat bahwa Ruby membangun sesuatu yang memiliki value (nilai). Karena itu, cara terbaik untuk mengenal diri sendiri versi Ruby adalah ketika berbahagia dengan apa yang dikerjakan dalam hidup, selaras dengan siapa diri kita.

Yasa Singgih juga sependapat dengan Ruby, saat ia baru memulai Men's Republic, semua itu hanya untuk 'cuan' alias uang dan keuntungan. Namun, pada suatu titik, akhirnya Yasa merasa uang tidak selalu bisa membeli kebahagiaan. Dari situ, Yasa mulai melanjutkan bisnisnya dengan harapan bisa membawa manfaat bagi banyak orang kedepannya.

Yasa juga mengubah kebiasaan-kebiasaannya dalam bekerja. Ia mulai membangun tiga formula dalam perusahaannya, yaitu Dream (Mimpi), Purprose (Tujuan) dan Value (Nilai). Mimpi yang ingin digapai Yasa melalui perusahaannya adalah ia ingin Men's Republic menjadi company dengan multi-level brands.

Sementara tujuannya yakni kebaikan yang menginspirasi dengan value yang menjadi culture perusahaan yakni bekerja dengan senang, bekerja seperti atlet yang bisa diukur, beginners mind (berpikir seperti pemula), aim for legacy (bertujuan untuk mencari penerus) dan embrace reality (berdamai dengan realita). Karena pada akhirnya, semua yang terlihat hanya seperti kata-kata indah itu akan menjadi kenyataan jika terus terekam di otak dan keseharian kita.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: