Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengulik Kisah Ramadan di Negara 4 Musim, Beda Belahan Bumi, Beda Pengalaman

Mengulik Kisah Ramadan di Negara 4 Musim, Beda Belahan Bumi, Beda Pengalaman Kredit Foto: Unsplash/Mohd Danish Hussain
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dua mahasiswi Indonesia yang belajar di belahan bumi yang berbeda, memaparkan makna dan pengalaman Ramadhan bagi mereka tahun ini. Selain merindukan suasana, makanan dan kudapan khas kampung halaman, kedua ibu yang menyelesaikan studi bersama keluarga itu tetap bersyukur, dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang dan khusyuk walau menghadapi keterbatasan di tengah pandemi.

“Alhamdullilah, Ramadhan membawa berkah,” demikian ungkapan Cahya Hanivah Yunizar yang menjalankan ibadah Ramadannya yang kedua di Twin City, Minnesota.

Baca Juga: Selamat Berpuasa, Begini Ucapan Ramadan dari Para Pemimpin Dunia

Bagi mahasiswi tahun pertama program doktoral di University of Minnesota itu, berkah Ramadhan tersebut berupa vaksinasi Covid-19, yang ia terima bersama beberapa mahasiswa Muslim Indonesia lainnya di sana. 

Cahya menunaikan puasa pada musim semi. Suhu rata-rata berkisar 60-80 derajat Fahrenheit atau 14 hingga 24 derajat Celsius dan lama puasa sekitar 15 hingga 16 jam setiap harinya. 

Lain lagi pengalaman Pratiwi Utami. Mahasiswi program doktoral di Monash University ini lebih sering berpuasa pada saat musim dingin di Australia, di mana lama berpuasa tidak sepanjang di Indonesia. Sekarang ini, Australia sedang dalam musim gugur, di mana cuaca juga mulai sejuk. 

“Karena dingin tidak terasa begitu terasa, Alhamdulillah, kemudian tidak terasa begitu capek atau lemas karena kepanasan,” tutur Pratiwi. 

Ramadhan di negeri orang bagi Cahya dan Pratiwi tentu berbeda dengan di Tanah Air. Kedua mahasiswi program doktoral itu sama-sama merindukan makanan khas Indonesia dan kudapan khusus kampung halaman yang hanya muncul pada bulan puasa.

Cahya beruntung karena, “Mudah bagi saya menemukan bahan-bahan makanan khas Ramadhan di swalayan atau toko Asia terdekat di St. Paul atau Minneapolis, jantung Minnesota, seperti kolak pisang, kurma, es buah dengan sirup coco pandan hingga berbagai macam gorengan untuk takjil.” 

Di Australia, Pratiwi juga merindukan azan dari masjid, suara orang mengaji atau zikir. Ibu yang hampir tujuh tahun berpuasa di negeri empat musim itu mengenang saat berpuasa di Indonesia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: