Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Untung Berubah Jadi Buntung! Matahari vs Ramayana, Siapa Paling Berdarah-Darah?

Untung Berubah Jadi Buntung! Matahari vs Ramayana, Siapa Paling Berdarah-Darah? Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Matahari vs Ramayana, dua perusahaan yang saling menjadi kompetitor di bisnis ritel Tanah Air. Sayangnya, baik Matahari maupun Ramayana masih berdarah-darah sepanjang tahun 2020, di mana keuntungan berubaha menjadi kerugian. 

Lantas, siapakah yang paling berdarah-darah di antara Matahari dan Ramayana? Simak perbandingan kinerja Matahari dan Ramayana berdasarkan laporan keuangan tahun 2020.  Baca Juga: Perang Cuan Raksasa Emiten Rokok: HM Sampoerna vs Gudang Garam, Sama-Sama Anjlok

Pendapatan

Perusahaan ritel milik Lippo Group, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), mengantongi pendapatan atau penjualan sebesar Rp4,83 triliun per Desember 2020. Nilai tersebut anjlok hingga 52,91% dari pendapatan per Desember 2019 lalu yang mencapai Rp10,27 triliun.  Baca Juga: Perang Cuan Dua Perusahaan Konglomerat Salim Sang Produsen Indomie: Wah Parah Sih!

Ketiga sumber pendapatan Matahari kompak memberikan kontribusi yang lebih kecil pada tahun 2020. Pendapatan atau penjualan eceran terpangkas dari Rp6,55 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp3,09 triliun pada Desember 2020. Kemudian, penjualan konsinyasi juga menurun secara tahunan dari Rp3,59 triliun menjadi hanya Rp1,69 triliun. Pada saat yang sama, pendapatan jasa amblas dari Rp125,42 miliar pada 2019 menjadi Rp50,28 miliar pada 2020. 

Meskipun demikian, manajemen Matahari menegaskan bahwa pihaknya akan bersiap untuk pemulihan yang akan datang kapan pun, "Fokus kami saat ini adalah menjaga pelanggan dan karyawan kami tetap aman, sementara bersiap untuk pemulihan yang dapat datang kapan pun," pungkas Chief Financial Officer Matahari, Niraj Jain, beberapa waktu lalu.

Tidak jauh berbeda dari Matahari, pendapatan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga amblas signifikan, bahkan persentasenya mencapai 54,74%. Secara tahun ke tahun, Ramayana mengantongi pendapatan sebesar Rp2,53 triliun pada Desember 2020, sedangkan tahun sebelumnya mencapai Rp5,59 triliun.

Sumber pendapatan Ramayana kompak anjlok pada periode tahun 2020. endapatan Ramayana dari penjualan barang beli putus menurun, awalnya Rp4,58 triliun per Desember 2019 menjadi Rp2,06 triliun per Desember 2020. Hal yang sama, pendapatan dari komisi penjualan konsinyasi turun dari Rp1,02 triliun pada 2019 lalu menjadi Rp466,27 miliar pada 2020. 

Laba Berubah Jadi Rugi

Seperti disinggung di awal, laba bersih Matahari dan Ramayana sama-sama berbalik menjadi rugi pada tahun 2020. Matahari tercatat untung sebesar Rp1,33 triliun per Desember 2019 lalu. Namun, angkanya berbalik menjadi rugi sebesar Rp873,18 miliar per Desember 2020. 

Sementara itu, Ramayana harus kehilangan laba bersih tahun 2019 lalu yang mencapai Rp647,89 miliar. Pasalnya, tahun 2020 ini Ramayana mencatatkan kerugian sebesar Rp138,87 miliar,

Aset

Kendati performa pendapatan dan laba menurun drastis, Matahari berhasil meningkatkan aset. Terhitung hingga akhir tahun 2020, aset Matahari mencapai Rp6,32 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi daripada aset Matahari pada 2019 lalu yang hanya Rp4,83 triliun.

Berbeda dari Matahari, aset Ramayana justru ikut menyusut pada periode tersebut. Per Desember 2020, aset Ramayana mencapai Rp5,29 triliun, lebih kecil dari Desember 2019 yang mencapai Rp5,65 triliun.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: