Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dear Mas Anies Baswedan, Anda Hati-Hati Ya! PDIP dan PSI Paling Berkuasa di DKI

Dear Mas Anies Baswedan, Anda Hati-Hati Ya! PDIP dan PSI Paling Berkuasa di DKI Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Baca Juga: Perusahaan Batu Bara jadi Biang Kerok Pencemaran Sungai Malinau, Legislator PDIP: Tindak Tegas!

Pada urutan berikutnya adalah PKS yang anjlok dari 15,5 persen pada Pileg 2019 menjadi 7,6 persen. Sebaliknya dengan Demokrat yang mengalami kenaikan dari 5,2 persen menjadi 7,1 persen. Gerindra juga jeblok dari 15,8 persen menjadi hanya 5,6 persen.

Menurut Alfian, meskipun PDIP unggul tetapi partai besutan Megawati Soekarnoputri itu cenderung mengalami stagnasi, sementara PSI berhasil meningkatkan elektabilitasnya lebih dari dua kali lipat perolehan hasil Pemilu 2019.

"Jika terus meningkat, PSI bisa menyalip dan menjadi parpol terbesar di DKI Jakarta," ujar Alfian. Baca Juga: Ketika Anies Baswedan Jelaskan Beda Pemimpin dan Pejabat: Jadilah...

Sikap kritis wakil rakyat dari PSI di DPRD DKI Jakarta selama ini berkontribusi terhadap kenaikan elektabilitas parpol tersebut, seperti isu banjir, rumah DP 0 persen, dan transparansi anggaran. Sementara pemilih Jakarta cenderung rasional dan sangat melek informasi. 

Sementara dua parpol utama pengusung Anies, yaitu Gerindra dan PKS justru rontok. "Kinerja Anies yang tidak menunjukkan prestasi signifikan turut memberi disinsentif bagi parpol-parpol pengusung-nya," ujar Alfian menjelaskan.

Parpol lainnya adalah NasDem (6,4 persen menjadi 4,1 persen), PKB (5,2 persen menjadi 2,9 persen), parpol baru Ummat (2,1 persen), PAN (6,5 persen turun menjadi 1,9 persen), dan PPP (3,0 persen menjadi 1,4 persen).

"Partai Ummat bisa menjadi ancaman PAN seiring keluarnya Amien Rais," kata Alfian.

 Sisanya parpol-parpol kecil yaitu Perindo (2,8 persen menjadi 0,9 persen), Berkarya (2,0 persen menjadi 0,6 persen), Hanura (1,7 persen menjadi 0,3 persen), dan parpol baru Gelora (0,1 persen).

"Sisanya PBB, PKPI, dan Garuda tidak mendapat dukungan, dan 20,8 persen tidak tahu/tidak jawab," papar Alfian.

 Survei Jakarta Research Center (JRC) dilakukan pada 1-10 April 2021, secara tatap muka kepada 800 responden mewakili seluruh wilayah di DKI Jakarta.

Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±3,4 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Antara

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: