Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Punya Reputasi dan Harta, Dato Sri Tahir Tegas Gak Tertarik Terjun ke Politik

Punya Reputasi dan Harta, Dato Sri Tahir Tegas Gak Tertarik Terjun ke Politik Kredit Foto: YouTube/Hermanto Tanoko
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dato Sri Tahir sebagai konglomerat memiliki ragam bisnis di berbagai bidang, sebut saja finansial, kesehatan, properti, retail dan media. Hermanto Tanoko melihat lini bisnis tersebut mirip dengan Lippo Group yang dimiliki mertuanya, Mochtar Riady. Hal itu diungkap melalui video YouTube bertajuk "DATO' SRI TAHIR INGIN BERMANFAAT BAGI BANYAK ORANG,TIDAK INGIN MASUK POLITIK-Hermanto Tanoko(Part 3)"

Dari bisnis bank dan finansial, Tahir mengakui bahwa ia belajar dari Mochtar Riady. Tetapi dari bisnis rumah sakit, semua itu didasarkan pada Tahir yang senang dan memiliki passion melihat orang-orang sembuh. Sebelumnya juga Tahir memiliki pengalaman memegang saham Rumah Sakit Siloam.

Baca Juga: Nikahi Anak Konglomerat Mochtar Riady, Dato Sri Tahir Bertekad: Saya Akan Lebih Baik dari Anda

Jiwa sosial Tahir sangat menggebu tinggi. Meski non-muslim, tetapi Tahir menjadi pengusaha Indonesia yang rajin berdonasi untuk pengungsi dari Timur Tengah, seperti Palestina melalui United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) dan Suriah.

Bahkan, Tahir menangkat 5 orang Suriah menjadi cucu angkatnya dan membuatkan rumah untuk anak-anak tersebut di Damaskus. Meski memiliki reputasi, citra yang baik dan kekayaan, tetapi Dato Sri Tahir dengan tegas tidak tertarik untuk terjun ke dalam politik. Menurutnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jauh lebih baik darinya.

Lebih lanjut, Tahir mengatakan dengan adanya krisis ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 ini, justru dunia akan mengalami kemunduran globalisasi dan merenggangkan hubungan silaturahmi karena segala hal bisa dilakukan secara virtual. Namun, revolusi 4.0 justru akan dipercepat.

Karena itulah, Tahir memprediksi hanya ada 3 negara di Asia yang kuat akan dampak paska pandemi ini yakni China, India dan Indonesia. Hal ini karena tiga negara tersebut memiliki local demand yang kuat, kaya akan sumber daya manusia, penduduk yang besar dan wilayah yang besar. Meski hingga ini, teknologi informasinya masih harus terus diperbaharui.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: