Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Dodi Zulkifli: Rumus Bangun Branding, Biar Dapur Makin Ngebul

KOL Stories x Dodi Zulkifli: Rumus Bangun Branding, Biar Dapur Makin Ngebul Kredit Foto: Instagram/Dodi Zulkifli
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sido Muncul, Indofood, dan Go-Jek merupakan perusahaan asli dari Indonesia yang tidak hanya sukses di dalam negeri. Perusahaan-perusahaan tersebut pun kini sudah berhasil menembus pasar internasional. Perjuangan perusahaan-perusahaan tersebut hingga menjadi perusahaan kelas dunia bukanlah hasil kerja satu malam.

Saat ini, Sido Muncul yang terkenal dengan brand Tolak Angin sudah berumur 81 tahun. Sementara, Indofood dengan brand Indomie sudah memasuki 30 tahun dan Go-Jek 11 tahun. Ketiganya berhasil membangun perusahaan karena memiliki strategi yang tepat, salah satunya melalui branding.

Baca Juga: Tak Kalah dengan Produk Luar Negeri, Brand Lokal Pakaian Bayi Ini Bersertifikasi International

Pasalnya, branding menjadi bagian paling penting dalam berbisnis yang harus dipersiapkan para pengusaha secara matang.

Melalui startegi branding yang tepat produk atau jasa yang ditawarkan akan makin dikenal dan dicari para konsumen. Brand yang baik akan selalu dikenal dan memiliki pengaruh yang timeless bagi pelanggan dan berpotensi untuk menciptakan basis pelanggan yang loyal. Namun, untuk membangun brand, tentu saja dibutuhkan alokasi dana khusus agar proses branding dapat berjalan maksimal.

Untuk itu, Warta Ekonomi melalui program KOL Stories bersama dengan Dodi Zulkifli akan membahas terkait dengan Rumus Bangun Branding, Biar Dapur Makin Ngebul.

Dodi sendiri merupakan seorang pebisnis yang fokus di bidang brand positioning serta sudah memiliki pengalaman bisnis lebih dari 19 tahun. Selain itu, ia juga aktif mengisi workshop di berbagai daerah lewat acara THE BRAND MASTER CLASS.

Apa sih branding itu? Apa saja manfaat dari branding?

Saya mengambil definisi dari guru saya yang mengatakan bahwa brand itu adalah nama ditambah dengan makna. Jadi, apakah brand itu tentang apa yang saya katakan tentang diri saya atau apa yang orang lain katakan tentang diri saya? Sebetulnya, keduanya itu adalah brand.

Apa yang saya katakan tentang diri saya disebut sebagai brand blueprint. Brand blueprint adalah konsep atau rancangan suatu brand yang ingin dikenal audiens berdasarkan kompetensi tertentu. Kemudian, apa yang ditangkap orang lain tentang diri saya adalah brand equity atau hasil yang sudah ada di pikiran konsumen.

Brand itu berbeda dengan branding. Jadi, branding adalah sebuah proses men-deliver blueprint supaya di pikiran konsumen bahwa ini adalah branding. Jika saya tidak pernah buat konten di media sosial atau menulis artikel, Anda mungkin tidak akan tahu saya yang berprofesi di bidang brand positioning.

Bisa jadi di luar sana ada orang yang lebih pintar dari saya di bidang brand positioning, tetapi kenapa Anda lebih ingat saya jika menyebut brand positioning? Ini adalah sebuah bentuk branding dari dalam diri saya.

Kemudian, apa saja sih manfaat kita melakukan branding atau dalam bahasa saya, brand delivery? Saya punya konsep seperti ini: saya mengerjakan brand blueprint yang akan saya luncurkan sehingga saya menerima brand equity dari audiens. Nah, serangkaian aktivitas tadi disebut sebagai brand delivery atau branding.

Apakah branding hanya sekadar konten social media? Tidak, ini lebih luas daripada itu.

Apa manfaatnya? Jadi kita bawa tiga konsep tadi, yaitu merancang brand blueprint, melakukan brand delivery, dan menghasilkan brand equity bagi bisnis Anda. Contoh saja bisnis kuliner, mungkin Anda bisa membuat makanan yang enak. Namun karena kurangnya brand delivery, tidak dapat meraih konsumen.

Kenapa tidak bisa sampai ke pikiran konsumen? Karena tidak ada proses delivery, tidak ada proses mengomunikasikan.

Apa konsumen di luar sana bisa tahu bahwa produk kita berkualitas diberi tahu? Proses memberi tahu konsumen inilah yang disebut sebagai branding. Dengan kata lain, kita butuh mengomunikasikan value dari produk yang kita tawarkan kepada konsumen.

Dalam membangun sebuah brand, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan?

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ada tiga langkah esensial. Pertama, buat brand blueprint atau rancangan. Perkaranya adalah kita mau buat brand yang besar atau kecil? Kalo ingin buat kecil-kecilan, jalani saja cukup. Namun, jika Anda ingin membangun brand yang besar, idealnya dimulai dari perencanaan.

Setelah blueprint ini jadi, selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Kalau sudah bikin blueprint, tetapi tidak dieksekusi dalam bentuk brand delivery, bisnsinya tidak akan sampai ke pikiran konsumen.

Setelah berhasil men-deliver, maka akan tercipta brand equity. Nah, brand equity ini idealnya kita cek dengan melakukan research dan interview ke konsumen.

Dalam brand blueprint sendiri ada dua atribut besar. Pertama, ada rasional value seperti positioningPositioning itu adalah bagaimana cara agar brand kita cukup unik di pikiran konsumen.

Kenapa perlu menjadi unik? Karena ada kompetitor. Produknya mungkin sama dengan yang lain, tetapi persepsi inilah yang unik. Keduaemotional value seperti brand purpose dan attitude. Sekitar 90 persen keputusan konsumen akan lanjut dengan suatu brand atau tidak berasal dari komponen emotional value.

Baca Juga: Apa Itu Guerrilla Marketing?

Biasanya apa saja sih kesalahan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam membangun brand?

Ada tujuh kesalahan yang paling sering terjadi. Pertama, tidak memiliki positioning yang unik, maunya melebar karena ingin bisa dikonsumsi semua orang. Boleh saja, tetapi apakah Anda punya kompetensi untuk mengalahkan kompetitor?

Kedua, jangan dimulai dari produk, tapi mulailah dari masalah konsumen. Anda harus bisa menyelesaikan apa yang menjadi hambatan, tantangan, serta permasalahan konsumen. Ketiga, tidak mengomunikasikan positioning tadi secara konsisten sesuai dengan blueprint-nya. Keempat, pesannya mungkin konsisten, tetapi tidak berkelanjutan sehingga brand equity tidak terbentuk di pikiran konsumen.

Kelima, produk yang sulit diakses. Jika produknya produk kemasan, jalur distribusi harus merata. Keenam, produk yang tidak sesuai dengan janjinya sehingga orang akan kecewa. Terakhir, terlalu fokus pada mencari konsumen baru sampai lupa merawat konsumen lama. Padahal, tujuan brand itu diciptakan adalah menciptakan loyalitas supaya orang loyal dengan brand kita.

Berapa budget yang perlu disiapkan untuk branding?

Sebetulnya tidak ada standar tertentu karena peresenan tersebut akan mengikuti fase brand kita. Misalnya untuk brand baru, otomatis biaya komunikasi akan jauh lebih besar. Tapi kalau brand-nya sudah terbentuk, itu menjadi sebuah momentum.

Seperti saat mengayuh sepeda, menit-menit awal akan terasa berat, berbeda pada saat sepeda kita sudah kencang. Itu yang dinamakan momentum. Memang berat di awal, tetapi seiring berjalannya waktu akan kecil dengan sendirinya, tergantung Anda dalam membangun brand.

Adakah tips membangun brand dengan dana investasi yang minim?

Pertama buat blueprint-nya; kedua lakukan delivery secara konsisten dan kontinu; dan yang ketiga brand equity diukur setiap tahunnya.

Apakah ada pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada teman-teman semua?

Untuk teman-teman yang serius membangun brand-nya, tipsnya tiga, yaitu buatlah blueprint dan rencanakan dengan baik; kemudian lakukan brand delivery secara konsisten dan kontinu; dan ketiga setiap tahunnya ukurlah menggunakan brand equity evaluation.

Bagi teman-teman yang ingin membangun brand, Anda bisa belajar di e-course saya, Fantastic Brand, hanya Rp279 ribu, Anda bisa cek bio Instagram saya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: