Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Pendapatan Meroket 80%, Lloyds Banking Duduk Nyaman di Deretan Konglomerat

Kisah Perusahaan Raksasa: Pendapatan Meroket 80%, Lloyds Banking Duduk Nyaman di Deretan Konglomerat Kredit Foto: Reuters/Peter Nicholls
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lloyds Banking Group plc adalah lembaga keuangan papan atas asal Inggris. Konglomerat yang sudah berusia lebih dari 250 tahun ini menjadi salah satu perusahaan raksasa menurut Global 500 Fortune.

Korporasi yang berkantor pusat di London ini memposisikan dirinya sebagai salah satu yang terbesar di Inggris. Secara finansial di tahun 2020, Lloyds Banking Group memiliki total pendapatan (revenues) mencapai 64,29 miliar dolar AS. Hal yang fantastis adalah kenaikan revenues perusahaan meroket ke angka 82,4 persen dari tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Minyak-minyak Equinor Semburkan Pundi-pundi Cuan Miliaran Dolar AS

Pendapatan Lloyds Banking Group hanya sebesar 35,25 miliar dolar di tahun 2019. Dengan begitu, peringkatnya dalam daftar Global 500 naik, dari semula peringkat 353, menjadi 170 dunia di 2020.

Sayangnya, perusahaan harus kehilangan 35 persen keuntungannya di tahun 2020. Dalam catatan yang ada di 2019, Lloyd mendapat 5,73 miliar dolar, sedangkan tahun berikutnya raksasa ini hanya membukukan 3,73 miliar dolar.

Dua catatan lain seperti aset di tahun 2020 menjadi 1,10 triliun dolar. Yang terakhir total ekuitas pemegang saham perusahaan senilai 63,05 miliar dolar.

Sedikit pengantar di atas akan membawa pada artikel ringkas tentang Lloyds Banking Group seperti yang akan disajikan Warta Ekonomi, pada Kamis (22/4/2021). Untuk lebih lengkapnya simak artikel di bawah ini.

Perusahaan perbankan asal London, Inggris telah berumur sepuh. Semua bermula ketika Lloyds Bank memulai bisnisnya pada 1765 sebagai Taylors & Lloyds di Birmingham. Pendirian korporasi ini digagas oleh Sampson Lloyd II dan John Taylor dengan dua putra mereka, bermodal awal sebesar 2.000 poundsterling.

Latar belakang kedua orang itu cukup bertolak belakang. Sampson adalah seorang Quaker, yang mengikuti jejak ayahnya dalam bisnis perdagangan besi. Sementara John Taylor seorang pembuat lemari yang terkenal. Keduanya resmi meninggalkan profesi lamanya hanya demi mendirikan sebuah perusahaan baru.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: