Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berstatus Subsunk, Analis Bilang KRI Nanggala-402 Sudah Tua dan Kelebihan Muatan

Berstatus Subsunk, Analis Bilang KRI Nanggala-402 Sudah Tua dan Kelebihan Muatan Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang dan kemudian dinyatakan tenggelam mungkin sudah terlalu tua dan kelebihan muatan saat mengikuti latihan militer pada Rabu lalu. Hal itu diungkapkan oleh seorang analis pertahanan utama di Janes, Ridzwan Rahmat.

KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan pulau Bali membawa 53 awak selama pelatihan. Menurut Ridzwan kapal selam kelas itu memiliki kapasitas maksimum 40.

Baca Juga: Kapal Selam KRI Nanggala 402 Karam, Ini Daftar Nama Awak yang Gugur

"Umurnya juga tidak membantu. Selama lebih dari 40 tahun, kapal selam era Perang Dingin adalah salah satu yang tertua di dunia dalam pelayanan saat ini dan tidak dibangun untuk menahan tekanan lebih dari 230 meter," terang Ridzwan seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (25/4/2021).

Tingkat kelangsungan hidup rendah untuk korban kecelakaan kapal selam di perairan yang lebih dalam dari 200 meter. Sementara orang dapat mengungsi sendiri ke permukaan di perairan dangkal kurang dari 50 meter, tekanan pada kedalaman yang lebih dalam cukup kuat untuk menghancurkan lambung baja dan paru-paru, menurut para ahli penyelamat.

Berbagai pertanyaan muncul saat pihak berwenang Indonesia mencoba menjelaskan hilangnya kapal selam pertama itu. Menurut analis Janes, insiden tersebut bisa dihindari jika kapal tidak kelebihan muatan atau disimpan dalam pelayanan untuk waktu yang lama.

"Siklus hidup khas untuk kapal selam angkatan laut hanya sekitar 30 hingga 35 tahun," kata Ridzwan.

Untuk diketahui, KRI Nanggala-402 dibangun di Jerman pada tahun 1977 dan bergabung dengan jajaran TNI AL pada tahun 1981.

"Seharusnya sudah dinonaktifkan tetapi karena keterbatasan dana, pemerintah memutuskan untuk meningkatkannya saja di Korea Selatan," ujarnya.

“Itu adalah kecelakaan yang menunggu untuk terjadi,” imbuh Ridzwan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: