Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Utang Pemerintah Tembus Rp6.400 Triliun, Sri Mulyani Anggap Masih Kecil

Utang Pemerintah Tembus Rp6.400 Triliun, Sri Mulyani Anggap Masih Kecil Kredit Foto: Instagram Sri Mulyani Indrawati
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jumlah utang pemerintah semakin menggunung. Per Maret 2021, sudah tembus Rp6.445,07 triliun. Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap, jumlah itu masih kecil.

Kenaikan utang drastis terjadi pada dua tahun terakhir. Tahun lalu, ada tambahan utang sebesar Rp 1.226,8 triliun. Sedangkan tahun ini, tambahannya mencapai Rp 1.177,4 triliun. Hal ini terjadi karena pendapatan negara berkurang akibat pandemi, dan belanja semakin besar untuk pemulihan kesehatan dan ekonomi.

Baca Juga: Fakta-fakta Utang Pemerintah Bengkak Rp6.445,07 T, Pengusaha Kritik Habis-habisan

Dengan jumlah tadi, rasio utang pemerintah sudah mencapai 41,64 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini memang masih di bawah batas yang diizinkan Undang-Undang Keuangan Negara, yakni 60 persen terhadap PDB. 

Atas hal itu, Sri Mul merasa, utang Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan negara lain. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berjanji akan mengelola utang tersebut dengan hati-hati.

"Meskipun kita dalam situasi relatif lebih kecil dibanding negara lain, dari sisi total defisit maupun rasio defisit, dan total utang maupun rasio utang terhadap PDB, namun kita tetap harus hati-hati," katanya, dalam Musrenbangnas 2021, kemarin.

Sri Mul sebenarnya tidak bisa menutupi kekhawatiran dengan angka tersebut. Apalagi, tren kenaikan suku bunga global akan berdampak pada jumlah utang yang harus dibayar negara. Agar tetap produktif, ia berjanji hasil utang ini akan mengalir ke pembiayaan yang inovatif, mendukung kedalaman pasar, dan mempermudah akses pembiayaan UMKM.

Anggota Komisi XI DPR Willy Aditya mengamini, utang Indonesia lebih kecil dari negara lain, terutama dengan negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Meski begitu, ia berharap posisi utang saat ini tidak dijadikan keunggulan. Sebab, pondasi ekonomi Indonesia berbeda jauh dengan Jepang atau Amerika. 

"Sektor konsumsi yang menjadi andalan PDB kita harus diseimbangkan dengan sektor produksi yang terus menguat. Ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah," ulasnya saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: