Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hak Paten Vaksin Covid-19 Belum Dillirik Biden, Industri Farmasi Ketar Ketir karena...

Hak Paten Vaksin Covid-19 Belum Dillirik Biden, Industri Farmasi Ketar Ketir karena... Kredit Foto: AP Photo

Mengabaikan hak intelektual atas vaksin memang membutuhkan proses panjang. Seluruh anggota WTO, yang berjumlah 164 negara, harus menyepakati usulan itu untuk mengurangi pendapatan dan keuntungan yang bisa dinikmati perusahaan yang telah berinvestasi besar dalam pengembangan vaksin.

Analis Robert W. Baird & Co., Brian Skorney, mengatakan pengabaian paten menunjukkan sikap terhormat Biden, dan tidak akan memicu perubahan besar dalam undang-undang paten. "Saya skeptis ini akan memiliki dampak jangka panjang yang lebih luas di seluruh industri," katanya.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyambut baik langkah Biden. Dalam akun Twitter,  Ia menyebut sikap tersebut "momen monumental dalam perang melawan Covid-19".  Ia memuji sikap pemerintahan Biden sebagai cermin dari "kebijaksanaan dan kepemimpinan moral AS."

Tak dipungkiri, perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin Covid-19 meraup keuntungan selama situasi darurat kesehatan. Namun, pihak industri farmasi memperingatkan, kebijakan Pemerintah AS yang belum pernah terjadi sebelumnya, bisa mengubah sikap perusahaan farmasi terhadap pandemi, hingga berujung membahayakan dunia.

Dr. Michelle McMurry-Heath, chief executive dari grup dagang Biotechnology Innovation Organization, menyebut keputusan waiver dapat melemahkan insentif untuk mengembangkan vaksin dan pengobatan pada pandemi di masa depan.

Selain itu, ia berkata membuat vaksin tak hanya cukup dengan memberikan resep. "Memberikan negara-negara yang membutuhkan buku resep tanpa aturan soal bahan-bahan, keamanan, dan tenaga kerja yang dibutuhkan, tidak akan menolong orang-orang yang butuh vaksin," ucapnya seperti dikutip AP News, Kamis (6/5/2021).

Stephen Ubl, presiden dan CEO Pharmaceutical Research and Manufacturers of Amerika, menyebut keputusan Pemerintah AS akan menyebar kebingungan antara mitra publik dan swasta. "Hal itu akan menambah lemah rantai suplai vaksin," ujarnya.

Pfizer, Johnson & Johnson, Moderna, dan AstraZeneca menolak berkomentar atas keputusan Joe Biden. Namun dampak dari kebijakan Biden membuat saham Saham Pfizer, Moderna, Novavax dan saham BioNTech yang terdaftar di bursa mengalami penurunan di kisaran 2% hingga 6% selama perdagangan berlangsung.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: