Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ramalan Khamenei: Israel Lenyap dalam 19 Tahun, Kissinger: Hilang Tahun Depan

Ramalan Khamenei: Israel Lenyap dalam 19 Tahun, Kissinger: Hilang Tahun Depan Kredit Foto: Official Khamenei website via Reuters

Baca Juga: Israel Terapkan Jam Malam Di Kota Lod yang Mayoritas Warga Arab Pasca Kerusuhan

Baca Juga: Setelah Kejadian Ini, Rakyat Palestina Terima Pesan Ancaman dari Intelijen Israel

Baca Juga: Kerepotan Dihujani Ratusan Roket Gaza, Kota Lod di Israel Malah Perang Saudara

Namun, mengingat situasi politik saat ini antara Israel dan Palestina, yang berpusat pada serangan brutal Israel dan penodaan kompleks Masjid Al-Aqsa serta penggusuran paksa di Sheikh Jarrah dan konflik yang semakin mendekati intifada ketiga, tampaknya prediksi Khamenei mungkin benar-benar terwujud, tak hanya retorika.

Faktanya, kepala negara Iran bukanlah orang pertama yang meramalkan jatuhnya Israel di masa depan.

Negarawan senior Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger, yang berasal dari keturunan Yahudi dan hampir berusia seratus tahun, kurang bermurah hati dalam prediksinya sendiri tentang nasib negara Yahudi itu. Dia diduga telah menyatakan pada 2012 bahwa, "Dalam 10 tahun tidak akan ada lagi Israel."

Meski diakui Haaretz, Times of Israel yang mengutip salah seorang staf Kissinger membantah pernyataan tersebut.

Jika memang mantan menteri luar negeri AS itu benar-benar membuat pernyataan tersebut, maka ramalan keruntuhan Israel akan terjadi tahun depan.

Ide-ide tentang kemampuan Israel bertahan hidup, ternyata lebih dekat daripada yang diyakini Israel dan para pendukungnya. Dalam artikel opini bulan Februari di Yedioth Ahronot, mantan kepala Shin Bet, Yuval Diskin, menyesalkan Israel tidak akan bertahan untuk generasi berikutnya. Dia tidak berbicara secara kiasan.

Diskin menjelaskan, "Saya tidak berbicara tentang ancaman nuklir Iran, rudal Hizbullah, atau Islam fundamentalis ekstremis. Saya berbicara tentang tren demografis, sosial dan ekonomi yang telah mengubah esensi negara dan ditakdirkan untuk membahayakan eksistensinya di satu generasi."

"Dalam waktu sekitar 40 tahun, sekitar setengah dari warga Israel akan menjadi ultra-Ortodoks dan Arab," tulis dia.

Ini jelas merupakan masalah keamanan bagi Israel, terutama karena keduanya dikecualikan dari militer dan seperti yang diakui Diskin, "Keduanya lazim dalam kecenderungan anti-Zionis."

Teori bom waktu demografis telah dibahas banyak sekali selama bertahun-tahun, terutama ketika seseorang mempertimbangkan populasi gabungan Gaza dan Tepi Barat, bersama dengan apa yang disebut populasi Arab Israel, yang mencakup sekitar 20% dari populasi Israel.

Oleh karena itu Israel tidak bisa menjadi negara mayoritas Yahudi dan demokrasi pada saat yang sama. "Jika tidak bisa keduanya, impian Zionis di mana Israel didirikan akan berakhir," demikian pendapat jurnalis Michael Petrou pada 2008.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: