Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nyaris Bebas dari Covid-19, Begini Cerita Penanganan Covid-19 di Australia

Nyaris Bebas dari Covid-19, Begini Cerita Penanganan Covid-19 di Australia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Australia telah berhasil mengendalikan penularan Covid-19. Masyarakat Negeri Kanguru saat ini sudah hidup relatif normal. Hal itu disampaikan Ahli Epidemiolog Dicky Budiman dalam Talk Show virtual bertajuk "Cerita Lebaran Dari Negeri Kanguru" yang digelar Jumat (14/5).

"Aktivitas sosial, politik, ekonomi dan keagamaan relatif normal, tapi tetap dengan pembatasan sesuai protokol kesehatan. Tapi ini sudah membuat warga di sini senang karena mereka membandingkan (pengetatan) di negara lain," ujar Dicky. Baca Juga: Covid-19 Terkini di Jakarta, Anies Baswedan: Termasuk yang Paling Rendah

Faktor penting yang mendorong pengendalian Covid-19 adalah konsistensi pemerintah dalam melahirkan sejumlah kebijakan pengetatan yang didukung oleh warganya.  

Dosen Griffith University ini mengungkapkan, segala pelonggaran yang sekarang dinikmati warga dicapai dengan perjuangan keras yang dilakukan pemerintah dan dipatuhi warganya. Baca Juga: Satgas Covid-19 Antisipasi Peningkatan Mobilitas Masyarakat Pascalebaran

Dicky menceritakan, sebelum Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi di Wuhan, China, Australia sudah lebih dulu melakukannya.

"Di sini sudah menemukan kasus pertama pada Februari awal. Kemudian menemukan lagi beberapa kasus lagi setelah dideklarasikan pandemi," paparnya.

Setelah angka positif sudah menembus puluhan, Australia langsung melakukan lockdown. Pemberlakuan itu tidak hanya dua minggu, tapi hampir dua bulan.

"Semua merasakan karena pertama kali merasakan lockdown dalam implementasinya. Saya juga kaget benar-benar tidak bisa ke mana-mana dan semua ada penutupan," tutur Dicky.

Meski begitu masyarakat menuruti strategi tersebut. Soalnya, pemerintah Australia selalu menyampaikan dengan komunikasi yang baik secara terstruktur hingga ke level masyarakat.

Mereka kerap mengatakan, keputusan lockdown ini merupakan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa, serta bisa memulihkan kesehatan dan aspek di luar kesehatan seperti ekonomi dan sebagainya.

Setelah lockdown pun, tidak serta-merta langsung ada pelonggaran. Ada tahapan yang sangat terukur. "Saya baru bisa Jumatan ke masjid lagi itu 3 bulan setelah lockdown. Jadi tidak serta-merta setelah lockdown pelonggaran semua. Tidak begitu," kisahnya.

Setelah aktivitas mulai dibolehkan, protokol kesehatan, terutama menjaga jarak, masih sangat ketat. Untuk masjid besar dibatasi hanya 10 orang yang boleh masuk. "Itu pun diregistrasi, kebanyakan adalah warga setempat sehingga gampang ketika test dan tracing," tuturnya.

Pemerintah Australia juga sangat sigap. Ketika satu kasus Covid-19 sempat ditemukan pada awal Januari 2021, mereka langsung melakukan lockdown 3 hari untuk memperkuat optimalisasi testing dan tracing.

"Bayangkan hanya ada satu kasus tetapi yang testing dan tracing itu sampai 19 ribu orang. Setelah sangat ketat, tapi hasilnya aman dan biasa lagi," puji Dicky.

Kemudian, pada awal Maret, ketika ditemukan 4 kasus di rumah sakit, pemerintah Australia kembali melakikan lockdown selama tiga hari. Masyarakat pun mendukung kebijakan ini.

"Ketika di-lockdown itu tidak ada support (bantuan) dari pemerintah buat masyarakat. Jangan dibayangkan ketika Australia melakukan lockdown itu ada bantuan dikasih uang, tidak ada. Hanya yang awal (hampir dua bulan) itu ada support bantuan dari pemerintah," akunya.

Tapi akhirnya, karena ketaatan masyarakat, kebijakan itu membuahkan hasil. Australia kini bisa kembali hidup mendekati normal.

"Nah ini yang dalam catatan ilmiah saya bahwa ketaatan publik ini berkorelasi erat dengan bagaimana keberhasilan pemerintah setempat dalam mengendalikan pandemi," ungkapnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: