Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dear Pak Luhut, Bisa Dibayangkan Babak Belurnya Bali saat Ini Tanpa Asing

Dear Pak Luhut, Bisa Dibayangkan Babak Belurnya Bali saat Ini Tanpa Asing Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menilai positif program Work From Bali. Menurutnya, WFB bisa mendongkrak pariwisata dan ekonomi.

“Baguslah untuk menarik kembali ekonomi. Bali di kuartal l-2021 ini pertumbuhannya masih minus 9,5 persen. Upaya yang dilakukan pemerintah sebenarnya baik saja,” kata Hariyadi, Jumat (21/5).

Namun demikian, Hariyadi mengakui, pengaruhnya nggak akan terlalu besar karena pendapatan Bali sangat bergantung pada belanja wisatawan asingBaca Juga: Beda Haluan dengan Sri Mulyani, Luhut Dikritik Habis-Habisan: Kontra Produktif!

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ini mengungkapkan, dalam kondisi normal, wisatawan mancanegara yang datang ke Bali bisa sekitar 6 juta orang. Dengan rata-rata menghabiskan uangnya sekitar 1.200 dolar AS setiap kunjungan ke Bali. 

“Bali itu butuh turis asing. Jadi bisa dibayangkan bagaimana babak belurnya Bali saat ini karena turis nggak ada yang datang,” ungkapnya. Baca Juga: Titah Satgas Covid-19: Daerah Tujuan Arus Balik, Wajib Lakukan Langkah Preventif Cegah Penularan

Kondisi berbeda dengan daerah wisata lainnya seperti Yogyakarta. Menurutnya, Yogyakarta masih bisa mengandalkan turis lokal.

“Untuk Bali, kalau cuma turis lokal yang datang, nggak akan terlalu ngangkat,” ucapnya.

Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Anggawira juga menilai positif. Karena, WFB dapat memberikan kepercayaan baik kepada tamu domestik ataupun internasional yang akan ke Bali.

“Sebenarnya Work From Bali ini juga bisa disiasati dengan berbagai macam strategi tanpa memboroskan anggaran belanja negara,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah strategis untuk menghidupkan pariwisata Bali.

Misalnya, mendorong sektor non ASN seperti mengajak pelaku usaha mancanegara melakukan WFB. Kebijakan ini bisa dipandang menjadi bentuk insentif bagi pelaku wisata yang terdampak pandemi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: