Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bedah Hero Supermarket: Bisnis Merugi hingga Tutup Gerai Giant Bertubi-Tubi

Bedah Hero Supermarket: Bisnis Merugi hingga Tutup Gerai Giant Bertubi-Tubi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kabar penutupan gerai Giant tak sekali ini saja disampaikan oleh PT Hero Supermarket Tbk (HERO). Selama periode tahun 2019 hingga Maret 2021, HERO telah menutup 25 gerai Giant dan menyisakan sekitar 75 gerai sampai dengan saat ini. 

Memasuki kuartal kedua tahun 2021, HERO harus kembali dihadapkan dengan situasi yang sulit, yakni penutupan seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021 mendatang. Giant, raksasa ritel yang pernah menjadi andalan HERO Group itu dinilai tak memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi layaknya tiga lini bisnis lainnya, yaitu IKEA, Guardian, dan Hero SupermarketBaca Juga: Bye-Bye Giant! Sang Raksasa Ritel Akan Tidur untuk Selamanya!

"HERO akan memfokuskan investasi untuk mengembangkan IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Giant," tegas Direktur HERO, Hadrianus Wahyu Trikusumo, Selasa, 25 Mei 2021. Baca Juga: Bukan Bank Digital, Astra Pilih Gelontorkan Investasi US$290 Juta ke Startup Digital, Kenapa Ya?

Lantas, sebenarnya bagaimana kinerja emiten yang telah membesarkan Giant sejak memulai operasinya pada tahun 2002 ini? Bisa dikatakan, kinerja keuangan HERO masih berdarah-darah hingga awal tahun 2021. 

Sampai dengan Maret 2021, HERO menanggung kerugian usaha sebesar Rp2 miliar. Memang, kerugian tersebut jauh menurun daripada rugi bersih pada Maret 2020 lalu yang menembus Rp44 miliar. Kendati begitu, HERO masih menghadapi tantangan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Hal itu tergambar dari pendapatan bersih HERO yang terkontraksi signifikan 32,2% secara tahun ke tahun (yoy), yakni Rp2,6 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp1,76 triliun pada kuartal I 2021. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diklaim sebagai salah satu faktor yang membebani kinerja bisnis HERO.

"Pembatasan-pembatasan dalam PPKM menyebabkan perubahan dalam perilaku belanja pelanggan dan pola permintaan barang serta juga berdampak pada penurunan jumlah kunjungan pelanggan ke toko-toko HERO yang berada di dalam mal. Toko perabotan rumah tangga IKEA juga terkena dampak dari pembatasan kapasitas operasional di dalam toko, sebagian dari hal tersebut dapat diimbangi oleh pertumbuhan e-commerce yang solid," ungkap Presiden Direktur HERO, Patrik Lindvall, awal Mei lalu.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: