Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DCI: Kesadaran Sekuritas Data di Indonesia Masih Rendah

DCI: Kesadaran Sekuritas Data di Indonesia Masih Rendah Kredit Foto: DCI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai pemimpin perusahaan salah satu data center di Indonesia, Toto Sugiri selaku CEO PT DCI Indonesia Tbk (DCI) memberikan tanggapan terkait kebocoran data yang sempat menimpa BPJS beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut sudah bisa diduga.

"Itu sih kita sudah prediksi dari beberapa tahun lalu. Kita udah siap-siap bahwa ini masalah waktu dan juga pendidikan masyarakat Indonesia selama ini," kata Toto di Cibitung, Kamis (27/5/2021).

Baca Juga: DCI Resmikan JK5 untuk Dukung Perkembangan Infrastuktur Ekonomi Digital Indonesia

Menurut Toto, market awareness atau kesadaran pasar di Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan negara lain. Biasanya, kesadaran akan muncul setelah terjadinya kecelakaan sekuritas data. 

"Karena seperti biasa, bangsa kita tidak terlalu parno ya. Jadi mesti kejadian dulu," ujar Toto.

Toto menyatakan para pelaku pemegang data esensial, seperti pemerintah dan perbankan, harus lebih berhati-hati karena ke depannya peristiwa seperti itu akan lebih marak lagi. Mengingat kebutuhan pasar untuk industri cyber security akan meningkat, sebagaimana yang terjadi di negara lain. Belum lagi jika sanksinya terimbas data protection law.

Meskipun begitu, Toto mengakui sudah ada peningkatan kesadaran sekuritas data di level korporasi, khususnya badan pemerintah. Menurutnya, proteksi paling utama memang harus dilakukan dari sisi pemerintah dan perusahaan.

Untuk meningkatkan kesadaran sekuritas data di Indonesia, selain dengan pengalaman insiden, Toto juga merekomendasikan untuk aktif melakukan continous market education.

Toto mengapresiasi inisiatif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang menerapkan literasi IT sejak fase sekolah. Hal tersebut akan membantu meningkatkan jiwa kompetitif anak-anak bangsa ke depannya.

Selain itu, hal penunjang lain yang juga dibutuhkan menurut Toto adalah akses internet yang cepat dan murah. CEO DCI tersebut mengatakan, rakyat akan cepat pintar jika didukung dengan fasilitas internet yang memadai.

Toto mengungkapkan internet di Indonesia masih tergolong mahal di kalangan Asia Tenggara. Indonesia menempati posisi kedua termahal setelah Filipina. Padahal fasilitas internet di Singapura dan Malaysia sudah jauh lebih murah.

"Tapi itu juga kan antara cost untuk internet dan kemampuan dari pendapatan masyarakat. Jadi dua-duanya mesti diderek, yang satu diturunin, yang satu dinaikin," jelas Toto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: