Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRI: Transaksi Digital Menguat, Ancaman Digital Menambah

BRI: Transaksi Digital Menguat, Ancaman Digital Menambah Kredit Foto: BRI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Managing Director Digital and Information Technology BRI Indra Utoyo mengatakan bahwa pandemi turut mempercepat penerapan teknologi dalam industri perbankan. Hal ini ia lihat dari bertumbuhnya transaksi digital yang dimiliki BRI sejak pandemi.

"Di perbankan sendiri perubahan ke arah digital juga terasa sangat cepat. Di 2020, lebih banyak yang menggunakan digital, sementara yang datang ke cabang juga berkurang," kata Indra dalam webinar yang digelar Warta Ekonomi bertajuk "Implementasi Cloud System Pada Industri Perbankan di Indonesia" Kamis (27/5/2021).

Baca Juga: Meski BRIsyariah Dimerger, Aset BRI Tetap Tumbuh Positif di Kuartal I 2021

Indra menambahkan pergeseran tren dari onsite ke digital yang cepat ini membawa dampak baik. Indra memaparkan BRI sendiri tumbuh 132% pada transaksi internet banking dari 2019 ke 2020 secara year-on-year.

Transaksi dari aplikasi BRImo sendiri juga melonjak, Indra memaparkan transaksi melalui BRImo secara year-on-year dari 2019 ke 2020 naik 660%.

"Ini sebuah ledakan dari sisi trafik capacity yang luar biasa," katanya.

Namun, Indra juga tidak memungkiri bahwa dengan pesatnya pergeseran tren ini, ancaman yang muncul juga tinggi.

"Ini sesuatu yang harus kita sikapi pertumbuhan yang eksponensial ini. Inovasi makin berkembang, di sisi lain aspek risikonya makin bertambah, dan juga perlu perhatian dan kesadaran baru bagi kita semua," lanjutnya.

Hasil studi yang dikembangkan oleh Asia Cloud Computing Association (ACCA), di mana pada tahun 2020 lalu hanya menempatkan Indonesia di posisi 12 dari keseluruhan 14 negara Asia Pasifik yang masuk dalam penelitiannya terkait kesiapan pengembangan industri cloud computing di negaranya.

“ACCA punya indeks yang diberi nama Cloud Readiness Index (CRI), dan Indonesia pada tahun 2020 masih diberikan skor sebesar 55,0. Memang ada kenaikan disbanding skor pada tahun 2018 yang masih 47,0, namun yang perlu dicatat bahwa (skor) negara-negara lain juga berkembang, bahkan lebih cepat dari kita,” ujar Direktur Pengaturan Bank Umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Eddy Manindo Harahap, dalam keynote speech.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: