Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi: Vitamin D Tak Bisa Cegah Komplikasi Pasien Covid-19

Studi: Vitamin D Tak Bisa Cegah Komplikasi Pasien Covid-19 Kredit Foto: Republika
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ada banyak penelitian tentang peran vitamin D dalam mencegah infeksi SARS-CoV-2 dan komplikasi Covid-19. Namun, studi-studi ini menarik kesimpulan yang bertentangan.

Saat ini, sebuah studi dari para peneliti di Brasil memberikan jawaban yang lebih kuat untuk setidaknya menjawab pertanyaan, 'Dapatkah vitamin D membantu mencegah komplikasi Covid-19 pada pasien yang dirawat di rumah sakit?'. Menurut hasil, jawabannya tidak. Studi tersebut menemukan vitamin D dosis tinggi yang diberikan kepada pasien Covid-19 sedang atau berat tidak mempengaruhi perjalanan penyakit.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Sama Sekali Gak Melonjak Usai Lebaran, Testing Gak Optimal?

“Studi atau uji coba in vitro dengan hewan sebelumnya menunjukkan, dalam situasi tertentu vitamin D dan metabolitnya bisa memiliki efek anti-inflamasi dan antimikroba, serta memodulasi respons imun,” jelas peneliti utama studi tersebut, Rosa Pereira.

“Kami memutuskan untuk menyelidiki apakah dosis tinggi vitamin D bisa memiliki efek perlindungan dalam konteks infeksi virus akut, mengurangi peradangan atau viral load,” lanjut Pereira, dilansir dari Medical News Today, Jumat (4/6/2021).

“Berdasarkan hasil penelitian, sejauh ini, kami bisa mengatakan tidak ada indikasi untuk memberikan vitamin D kepada pasien yang datang ke rumah sakit dengan Covid-19 parah,” jelas Pereira.

Vitamin D juga tampaknya tidak berpengaruh pada kematian. Pereira memperingatkan bahwa diperlukan studi yang lebih besar dengan lebih banyak peserta, sebelum peneliti dapat menarik kesimpulan akhir. Studi tersebut secara meyakinkan mengesampingkan vitamin D sebagai ‘peluru ajaib’ untuk mengobati Covid-19.

"Tapi itu bukan berarti penggunaan vitamin D secara terus-menerus tidak memiliki efek menguntungkan," kata rekan penulis peneliti, Bruno Gualano.

Setelah menyarankan bahwa satu dosis tinggi vitamin D bukanlah solusi untuk Covid-19 yang parah, Pereira juga memimpin studi baru untuk menentukan kekurangan vitamin D berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mengatasi SARS-CoV-2.

Pereira juga mencari cara untuk menetapkan jumlah vitamin D yang harus dimiliki seseorang dalam aliran darah mereka, untuk meningkatkan kesehatan yang baik. Ambang batas ini akan bervariasi tergantung pada karakteristik individu.

Orang yang lebih muda dan umumnya sehat, harus memiliki setidaknya 20 nanogram per mililiter darah (ng/ml). Sedangkan untuk orang tua dan misalnya penderita osteoporosis, minimal 30 ng/ml.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: