Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prabowo Mau Belanja Alutsista, PAN: Pendapatan Negara Kontraksi, Belanja Negara Terus Bengkak!

Prabowo Mau Belanja Alutsista, PAN: Pendapatan Negara Kontraksi, Belanja Negara Terus Bengkak! Kredit Foto: Checkitout.info
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota DPR Fraksi PAN, Ahmad Yohan mengatakan hal yang wajar anggaran pertahanan Indonesia perlu ditingkatkan terutama dari sisi peremajaan atau modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) sebesar Rp1,7 kuadriliun.

Namun, Yohan mengatakan Fraksi PAN memiliki pertimbangan berbeda terkait belanja alutsista yang nilainya cukup fantastis meski dimulai pada RAPBN 2022. Apalagi, sekarang pemerintah lagi menghadapi pandemi COVID-19.

“Hemat kami, belanja alutsista penting tapi belum menjadi prioritas saat ini. Pemerintah saat ini diminta agar lebih fokus pada pemulihan kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional (PEN), serta memperkuat social safety net selama pandemi COVID-19,” kata Yohan, Sabtu, 5 Juni 2021.

Baca Juga: Anies Masuk Bursa Capres, PAN Ingatkan: Dia Tidak Punya Partai

Hal ini, kata dia, yang membuat pemerintah diberikan diskresi luas terkait pengelolaan fiskal, termasuk toleransi terhadap defisit APBN melampaui 3 persen dari PDB untuk pemulihan ekonomi nasional hingga tahun 2023. Apalagi, saat ini ruang fiskal sangat terbatas akibat koreksi terhadap pendapatan negara karena dampak pandemi COVID-19.

“Pendapatan negara masih mengalami kontraksi 16,7 persen. Pendapatan yang terkontraksi sementara belanja negara yang terus membengkak, akan berkonsekuensi pada pelebaran defisit APBN,” jelas dia.

Sementara, lanjut Yohan, pembiayaan alutsista tidak menjadi prioritas sebagaimana maksud Perpu Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19, dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan.

“Bila belanja alutsista dengan nilai fantastis ini dipaksakan dalam jangka pendek, hal ini akan memberikan tekanan serius pada APBN. Defisit APBN makin lebar,” katanya.

Baca Juga: PAN Minta Presiden Tolak Proposal Alpalhankam Rp1.700 Triliun, Ini Alasannya...

Di samping itu, Yohan menambahkan rencana belanja alutsista hingga tahun 2044 ini tidak cukup dengan Perpres saja sebagai regulasi yang menjadi payung hukum belanja pertahanan hingga Rp.1,7 kuadriliun. Maka, belanja alutsista ini perlu dipertegas dalam RPJMN, RKP dan regulasinya UU sehingga memiliki posisi politik anggaran yang sustain dengan kepastian hukum yang jelas.

“Sehingga, tidak berubah saat rezim pemerintahan berganti demi menjaga wilayah kedaulatan NKRI. Lalu, pembiayaan modernisasi/peremajaan alutsista sesuai skema APBN, diarahkan produksi alutsista dalam negeri. Kalaupun kerja sama, harus ada transfer of knowledge dalam rangka peningkatan daya saing industri pertahanan dalam negeri,” tandasnya.

Sebelumnya beredar Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) tentang Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia tahun 2020-2024 (Alpalhankam) yang menyatakan bahwa Kemenhan RI akan menganggarkan belanja alutsista sebesar USD 124.995.000 atau setara dengan Rp1.788.228.482.251.470 (kuadriliun).

Sementara Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto telah memberikan penjelasan kepada Komisi I DPR RI mengenai Rencana Kerja Anggaran dan Rencana Kerja Pemerintah tahun 2022. Hal ini disampaikan Prabowo usai mengikuti Rapat di Gedung DPR RI Rabu 2 Juni 2021.

"Ya tadi kita beri penjelasan tentunya tadi kita fokusnya adalah anggaran, anggaran 2022. Tentunya, saya diminta menjelaskan tentang konsep rencana induk ke depan. Kita sudah menyusun itu, ya kita sering bahas, banyak pertanyaan," kata Prabowo.

Baca Juga: Prabowo dan Jokowi Bela-belain Pinjam Dana Fantastis Buat Beli Alutsista: Ini Patut Diacungi Jempol

Kemudian, Prabowo juga merespon soal rencana modernisasi alutsista. Menurut dia, modernisasi alutsista saat ini masih terus dimatangkan bersama dengan sejumlah pihak terkait seperti Bappenas, Kementerian Keuangan, dan pihak lainnya.

Ia menilai saat ini alutsista yang dimiliki Indonesia banyak yang berusia cukup tua. Oleh karena itu, diperlukan modernisasi dan disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.

"Sebagaimana diketahui banyak alutsista kita sudah tua, sudah saatnya memang mendesak harus diganti, kebutuhan-kebutuhan sangat penting dan kita siap menghadapi dinamika lingkungan startegis yang berkembang dengan sangat pesat," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: