Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dibutuhkan Perekat Bangsa Hadapi Arus Informasi Revolusi Industri 4.0

Dibutuhkan Perekat Bangsa Hadapi Arus Informasi Revolusi Industri 4.0 Kredit Foto: Biro Adpim Setda Pemprov Jabar
Warta Ekonomi, Bandung -

Derasnya arus globalisasi yang disertai dengan Revolusi industri 4.0 memberikan kesempatan sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia dalam mengarungi perkembangan zaman.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, menyampaikan bahwa tekanan arus informasi yang tidak bisa dibendung akibat Revolusi 4.0 menjadi masalah yang aktual. Oleh karena itu, diperlukan perekat bagi Bangsa Indonesia terutama melaui penghayatan sila ke-3 Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.

Baca Juga: Bertemu Airlangga Hartarto, Ridwan Kamil Sampaikan Aspirasi Pengelolaan Ladang Minyak Marjinal

"Diharapkan masyarakat Indonesia juga harus mampu memilah informasi," tegas Kang Emil--sapaan Ridwan Kamil--saat mengikuti Seminar Wawasan Kebangsaan Ikatan Keluarga Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA Unpar) bekerja sama dengan Ikatan Alumni FISIP Unpar dengan tema "Dengan Semangat Kebangsaan, Menjaga Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di Tengah Arus Globalisasi", Selasa (8/6/2021).

Kegiatan Seminar Wawasan Kebangsaan yang digelar secara daring ini dihadiri oleh kalangan mahasiswa, pemuda, serta masyarakat umum yang berjumlah lebih dari 200 orang. Turut hadir beberapa pembicara yang juga merupakan alumni Unpar dalam Seminar Wawasan Kebangsaan kali ini, yaitu Rektor Unpar Mangadar Situmorang, Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, Pengamat Politik Bonggas Adi Chandra, serta Jurnalis Narasi TV Sharon Margriet.

Diharapkan dengan hadirnya pembicara dari kalangan akademisi, politisi, kepala daerah, pengamat politik, serta pelaku media dari lintas generasi dapat memberikan beragam perspektif mengenai penguatan nilai-nilai wawasan kebangsaan di tengah tantangan-tantangan global.

Kang Emil mengungkapkan, telah banyak negara hancur karena hanya memaksakan diri berdasarkan satu agama, satu etnis, ataupun karena menjalankan pemerintahannya dengan  melupakan aspek keadilan sosial. "Dalam rangka menjadikan Indonesia unggul di tahun 2045, Pancasila harus selalu menjadi perekat kebangsaan," kata Kang Emil.

Adapun Ketua Umum IKA Unpar, Ivan P. Sadik, dalam sambutannya mengatakan bahwa perkembangan globalisasi membawa serta ideologi-ideologi transnasional, budaya, nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dapat menjadi ancaman tersendiri dan dapat berdampak pada pengikisan nilai-nilai luhur bangsa yang selama ini menyatukan.

"Saya mengajak kita semua untuk makin memaknai nilai-nilai kebangsaan kita dan memberikan kontribusi kita di dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Ivan.

Dari pihak pelaksana seminar, Ketua Pelaksana Seminar Wawasan Kebangsaan, Aknolt Kristian Pakpahan, menyampaikan bahwa masyarakat khususnya generasi muda perlu menyadari pentingnya internalisasi nilai-nilai kebangsaan di tengah distrupsi-distrupsi besar yang terjadi sebagai dampak globalisasi dan revolusi industri 4.0

Ia berharap, peringatan hari lahir Pancasila dapat dijadikan momentum bagi generasi muda untuk makin memperkuat karakteristik kebangsaan dan identitas nasional seiring dengan perkembangan kemampuan IPTEK.

Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Mangadar Situmorang, menyampaikan dalam era globalisasi, literasi digital untuk membangun nasionalisme dan kebangsaan. Selaku pemimpin universitas sekaligus akademisi, Mangadar mengajak perguruan tinggi di Indonesia untuk tidak hanya mengedepankan kegiatan yang murni akademik dan riset, tetapi juga memberikan pengalaman langsung terkait nasionalisme.

Maka dari itu, Unpar senantiasa memberikan eksperensial untuk menciptakan alumni-alumni yang Pancasialis, Nasionalis, dan berkontribusi aktif untuk Indonesia. Pembentukan karakter kebangsaan menjadi kunci penting dalam menciptakan SDM unggul Indonesia guna membawa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas.

Senada dengan Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira, Pancasila harus menjadi way of life yang mendasari interaksi sosial dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Dia juga mengungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran dalam konstelasi internasional saat ini, di mana soft power melalui diplomasi dan hospitality menjadi kekuatan utama bagi bangsa yang cerdas sehingga ke depannya, bangsa yang cerdas akan menjadi unggul di dalam tatanan internasional.

Sementara itu, Bima Arya menyampaikan, negara selama ini berfokus pada pembangunan negara (state building), tetapi tidak diiringi dengan pembangunan bangsa (nation building). Pembangunan bangsa bukan semata-mata menjadi tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah saja, melainkan menjadi kewajiban semua pemangku kepentingan di Indonesia.

Bima memaparkan pentingnya konsep pentahelix dalam membangun karakter kebangsaan Indonesia. Diakuinya, saat ini situasi di Indonesia sangat bergantung pada kepentingan politik jangka pendek sehingga ia berpendapat bahwa pembangunan bangsa memerlukan komitmen yang kuat dari para elite politik untuk mencapai visi Indonesia maju.

"Mari kita berkontribusi dalam menjadikan Indonesia bangsa yang besar," ujarnya.

Pembicara mewakili generasi milenial, Sharon Margriet, menyampaikan bagaimana interaksi sosial dalam keseharian memberikan pengalaman dan membentuknya menjadi suatu pribadi yang menghargai keberagaman.

"Toleransi terjadi ketika kita bisa melihat dari sudut pandang yang lain, tidak terfokus dari sudut pandang kita sendiri," ujarnya.

Adapun, Bonggas Adi Chandra mengungkapkan tentang pentingnya peran serta anak muda dan partisipasi aktif masyarakat umum dalam politik. Dalam pemaparannya, Bonggas menyampaikan implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan menghargai pluralisme Indonesia, mengapresiasi dan menghargai pemimpin bangsa secara wajar, menampilkan sejarah dan politik secara lebih menarik, serta menunjukkan pentas politik yang cerdas sehingga menunjukkan kedewasaan berpolitik sebagai bangsa Indonesia.

Menurutnya, seminar Kebangsaan IKA UNPAR ini merupakan kontribusi aktif Alumni UNPAR dalam membangun Indonesia Unggul guna menjadi pemain besar dalam era globalisasi.

"Diadakannya Seminar Kebangsaan kali ini diharapkan dapat menghidupkan kesadaran akan warna dan karakter Indonesia di tengah globalisasi sehingga bangsa Indonesia harus menjadi subjek dan pelaku aktif dalam perubahan, bukan semata-mata objek dari arus globalisasi," ungkapnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: