Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biasa Disebut Limbah, Ternyata Minyak Ini Bisa Dukung Ketahanan Energi Nasional

Biasa Disebut Limbah, Ternyata Minyak Ini Bisa Dukung Ketahanan Energi Nasional Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Minyak jelantah yang diubah menjadi bahan bakar biodiesel yang aman untuk lingkungan dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya alam yang diperbaharui. Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar nabati seperti biodiesel menghasilkan polusi udara yang jauh lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil.

Biodiesel dapat mendukung program Indonesia dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 41 persen atau setara dengan 1,02 miliar ton karbondioksida hingga 2030 dengan dukungan internasional. Manager lembaga riset independen Traction Energy Asia, Ricky Amukti, menuturkan bahwa penggunaan biodiesel dari minyak jelantah dapat menekan jumlah emisi karbon.

Baca Juga: Sawit: Minyak Jelantah Bisa Jadi Berkah

Pemanfaatan minyak jelantah juga mampu menghemat biaya hingga 35 persen dibandingkan biodiesel dari minyak nabati yang dihasilkan dari buah kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian AgronneNational Laboratory di Illinois, Amerika Serikat, biodiesel menghasilkan 78 persen lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan solar. Bahan bakar alternatif ini hanya menghasilkan 2.661 gram karbondioksida per galon ukuran 3,78 liter, sedangkan bahan bakar solar menghasilkan 12.360 gram karbondioksida per galon.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Indonesia termasuk salah satu negara pengguna minyak sawit terbanyak di dunia, yakni 16,2 juta kiloliter per tahun sehingga mampu menghasilkan potensi minyak jelantah 3 juta kiloliter untuk memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional.

"Bahan bakar nabati biodiesel ini menjadi subtitusi penganti bahan bakar minyak yang bersumber dari energi fosil," kata Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, seperti dikutip dari sawitindonesia.com.

lebih lanjut dijelaskan Dadan, terdapat dua prinsip utama yang harus dipenuhi saat menjadikan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel. Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standar spesifikasi biodiesel. Artinya, murni minyak jelantah tidak dicampur bahan lain seperti oli bekas. Kedua, memiliki nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan.

Pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi biodiesel merupakan cara yang tepat saat ini untuk memperkuat pertahanan energi nasional, menyelamatkan lingkungan dari bahaya limbah, serta memangkas kuota impor bahan bakar fosil.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: