Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Black Campaign Sawit, 'Ujung-ujungnya Perang Dagang'

Soal Black Campaign Sawit, 'Ujung-ujungnya Perang Dagang' Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi, mengapresiasi dukungan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap industri perkebunan kelapa sawit. Buktinya, kelapa sawit tetap diposisikan sebagai komoditas strategis dan andalan perekonomian Indonesia.

"Gapki mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi dan jajaran menteri terkait sebab memberikan dukungan luar biasa terhadap kelapa sawit. Pemerintah menjadikan kelapa sawit sebagai sektor strategis dan andalan," ujar Tofan Mahdi saat menjadi pembicara dalam program Squawk Box, CNBC Indonesia, pada Rabu (9/6/2021).

Baca Juga: Hmmm… Sikap Eropa terhadap Sawit Itu Lucu Yaa

Lebih lanjut dikatakan Tofan, kelapa sawit menunjukkan ketangguhannya saat pandemi dengan tetap berkontribusi bagi devisa dan perekonomian nasional. Diakui Tofan, "Hampir semua kementerian kompak untuk mendukung kampanye positif sawit. Begitupun pemerintah tidak lagi mengambil posisi defensif, melainkan lebih ofensif dan menyerang."

Terkait black campaign, dikatakan Tofan, ujung-ujungnya merupakan perang dagang. Oleh karena itu, baik Indonesia maupun Malaysia tengah bekerja sama menghadapi kampanye negatif. Kedua negara saling mitra karena kontribusinya sangat besar bagi pangsa pasar sawit dunia. Indonesia menghasilkan minyak sawit sebanyak 51,5 juta ton pada 2020. Sementara, produksi sawit Malaysia diperkirakan 20 juta ton.

"Indonesia dan Malaysia adalah mitra sesama produsen sawit. Kedua negara ini bersaing dengan minyak nabati nonsawit yang sampai hari ini tidak bisa mengalahkan pangsa pasar sawit. Dari segi produktivitas, sudah terbukti minyak sawit lebih tinggi," urai Tofan.

Karena tidak mampu bersaing, dijelaskan Tofan, kelapa sawit mendapatkan serangan dengan berbagai isu tidak relevan dari aspek lingkungan dan kesehatan. Kendati demikian, isu negatif ini dapat diperdebatkan secara ilmiah. Sebagai contoh, referendum di Swiss yang memberikan hasil positif kepada perdagangan kelapa sawit.

"Sebenarnya di kalangan masyarakat Eropa sudah melihat fakta objektif kelapa sawit. Namun, adanya kepentingan dagang membuat fakta tadi ditutupi," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: