Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Defisit Naik Akibat Covid-19, Sri Mulyani: Kita Lakukan Counter Cyclical untuk Sehatkan APBN

Defisit Naik Akibat Covid-19, Sri Mulyani: Kita Lakukan Counter Cyclical untuk Sehatkan APBN Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani, menjelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bekerja sangat keras karena keterpurukan ekonomi akibat pandemi. Oleh sebab itu, Kemenkeu melakukan counter cyclical.

"(Pandemi) menyebabkan tren utang negara meningkat. Pada saat ekonomi merosot, kita melakukan counter cyclical dengan meminjam dan menggunakan uang pinjaman untuk kontraksi ekonomi tersebut," ujar Sri Mulyani pada webinar BPK, Kamis (15/6/2021).

Baca Juga: Perry Warjiyo hingga Sri Mulyani Kasih Lampu Kuning, Rupiah Hari Ini Paling Berdarah-Darah!

Namun, Sri menegaskan bahwa cara tersebut juga dilakukan oleh seluruh negara di dunia. Negara lain juga menggunakan instrumen fiskalnya sebagai counter cyclical forces dalam menghadapi kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Sri menjelaskan, pada 2020 Indonesia memiliki kontraksi ekonomi di angka 2,1 persen. Kemudian, Sri melakukan counter cyclical sebesar 6,1 persen. "Itu dibandingkan negara lain defisitnya jauh lebih dalam, tetapi ekonominya merosot lebih jauh juga," jelasnya.

Akan tetapi, lanjutnya, dengan defisit sebesar 6,1 persen bukan berarti APBN tidak menghadapi tantangan. Karena, kenaikan defisit juga menimbulkan kenaikan jumlah utang pemerintah.

"Kenaikan ini tentu harus diwaspadai terutama jika dikaitkan dengan tren kenaikan suku bunga yang terjadi di Amerika Serikat. Gejolak kenaikan inflasi di AS itu berimbas ke seluruh dunia," ungkap Sri.

Oleh sebab itu, dibutuhkan berbagai langkah untuk bisa memulihkan ekonomi dan di saat yang sama menjaga keseimbangan APBN. Menkeu akan mulai menurunkan defisit APBN pada tahun-tahun berikutnya secara bertahap dengan melakukan reformasi di bidang fiskal.

"Berarti kita bicara tentang pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan yang inovatif," tukasnya.

Langkah yang dimaksud Sri mulai dari reformasi perpajakan, penguatan desentralisasi fiskal, hingga tata kelola pembiayaan yang inovatif dan sustainable.

Hal positif yang dialami keuangan negara terjadi pada April lalu yang menunjukkan peningkatan penerimaan negara dengan cukup baik. Penerimaan pajak negara memiliki angka negatif 0,5, lebih baik daripada satu tahun sebelumnya yang berada di angka 3,5. Secara total, penerimaan negara sudah tumbuh sebesar 6,5 persen.

Kemudian, belanja negara juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi yang merupakan dampak dari percepatan konsumsi dan belanja pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi.

"Ini berarti fiskalnya sudah on track, ekonomi sudah on track. Semoga Covid-nya juga bisa terkendali sehingga skenario pemulihan ekonomi dan kesehatan fiskal bisa berjalan dengan baik," kata Sri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: