Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yakin Bisa Selamatkan Garuda, RR: Asal Pemerintah Mau Tukar dengan Threshold Pilpres 0 Persen

Yakin Bisa Selamatkan Garuda, RR: Asal Pemerintah Mau Tukar dengan Threshold Pilpres 0 Persen Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Garuda Indonesia Tbk (GIIA) kini sedang diambang krisis akibat memiliki utang perseroan yang membengkak hingga Rp70 triliun. Menanggapi hal tersebut, ekonom senior Rizal Ramli mengatakan dirinya yakin bisa mengatasi permasalahan Garuda.

Rizal Ramli, atau yang akrab disapa RR, menceritakan ketika dia berhasil menyelamatkan Garuda Indonesia dari kebangkrutan pada 2000 silam. Saat itu, konsorsium Bank Eropa mengancam akan menyita pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke luar negeri lantaran tidak bisa membayar utang sebesar US$1,8 miliar kepada bank tersebut.

Baca Juga: Borok Garuda Dibuka: Bukti Korupsi Diabaikan SBY, Kini Tunggu Uluran Tangan Jokowi

"Saya dengar ancaman itu, dia salah ngancam. Menkonya Rizal Ramli tidak bisa diancam. Saya kirim pesan ke Jerman, 'Silakan sita pesawat Garuda karena kami akan ajukan kalian ke pengadilan Frankfrut'," ungkap Rizal melalui kanal Youtube Karni Ilyas Club, Sabtu (12/6/2021).

Saat itu, Rizal yakin akan memenangkan pengadilan karena memiliki bukti Jerman melakukan mark-up sebesar 50 persen saat menjual leasing pesawat pada zaman Soeharto. "Mereka ketakutan. Orang Barat itu paling takut sama pengadilan. Direksinya bisa ditangkap, harga sahamnya pasti jatuh," jelasnya.

Kemudian, bankir Jerman datang ke Indonesia untuk melakukan negosiasi. Rizal meminta Jerman untuk melakukan restrukturisasi utang agar lebih masuk akal. Jerman mengatakan akan menyetujui usulan tersebut asal Indonesia bisa memberikan jaminan senilai US$1,8 miliar.

"Saya bilang, 'Kalau Pemerintah Indonesia bisa menjamin segitu banyak, I'm sorry we don't need you', kita bisa ajukan ke bank lain di Tokyo atau Hongkong misalnya," ucapnya.

Akhirnya, Rizal dan Jerman sepakat memutuskan uang jaminan sebesar US$100 juta. "Berarti hanya enam persen dari jaminan awal," tuturnya.

Namun, Rizal meminta uang jaminan tidak diserahkan melalui Kementerian Keuangan Indonesia untuk menghindari fault. Akhirnya, transaksi dilakukan indirect melalui Mandiri dan Garuda Indonesia berhasil selamat. Lebih lanjut Rizal menceritakan saat satu bulan sebelum dirinya diangkat menjadi Menko era Jokowi pada 2015 lalu, Rizal memberikan peringatan kepada Jokowi bahwa Garuda Indonesia akan bermasalah kembali.

Hal tersebut lantaran Garuda Indonesia membeli pesawat long haul yang bisa melakukan perjalanan panjang hingga 36 jam. Menurut Rizal, pemain long haul lain hanya dikuasai oleh Singapore Airlane dan pesawat Arab Saudi. Garuda Indonesia akan kesulitan menyaingi kedua pemain besar tersebut.

Oleh sebab itu, Rizal menganjurkan agar Garuda Indonesia fokus untuk menguasai pasar di Asia. Garuda Indonesia memiliki peluang untuk unggul di kala itu karena memiliki pelayanan yang bagus serta harga yang murah.

"Tapi ada korupsi nih pejabatnya, Dirut Garudanya. Waktu itu belum ketahuan, tapi belakangan ini diperiksa KPK kena semua tuh," tukasnya.

Atas dasar hal tersebut, ketika akan dilantik sebagai menteri pada 2015 lalu, dia mengumumkan akan fokus membatalkan pembelian pesawat Garuda long haul dan mengurus proyek PLN 35 ribu watt menjadi 18 ribu watt saja.

"Saya dihabisi di media. Dibilang tidak mengerti apa-apa. Lalu, apa yang terjadi kemudian? Semua ramalan kami terjadi. PLN ruginya ratusan triliun sampai hari ini, Garuda nyaris collapse," ujar mantan Menko Kemaritiman tersebut.

Kemudian, dia menyatakan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi Garuda Indonesia saat ini. Namun, dengan syarat Pemerintah Indonesia mau menukarnya dengan threshold pemilihan presiden nol persen. "Kalau pemerintah setuju itu kan win-win. Garuda gua selametin, demokrasi Indonesia lebih bagus," terangnya.

Dia mengungkapkan, usulannya itu akan menyelamatkan demokrasi Indonesia karena bisa memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk menjadi pemimpin tanpa menyewa partai. "Kan kalau mau jadi gubernur saja harus nyewa partai, itu yang bikin hancur republik."

Mantan Menko Perekonomian era Gus Dur itu memberikan penawarannya kepada Pemerintah Indonesia. "Jadi saya tukar, saya kasih nih servis gratis gua benerin nih Garuda, tapi kita benerin tuh demokrasi Indonesia. Kalau mau gua kerjain, tapi kalau engga ya sorry," tutup Rizal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: