Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dear Pak JK! Tangan Jahat Konglomerat Lah yang Rebut Modal Rakyat, Buat yang Miskin Makin Miskin!

Dear Pak JK! Tangan Jahat Konglomerat Lah yang Rebut Modal Rakyat, Buat yang Miskin Makin Miskin! Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Akademisi politik Philipus Ngorang memberikan pandangan terkait pernyataan Wakil Presiden ke-10 RI Jusuf Kalla (JK) yang mengatakan bahwa ekonomi umat Islam pincang. JK bahkan menyatakan bahwa dari sepuluh orang kaya, hanya satu di antara mereka yang muslim.

Menurut Ngorang, ada mekanisme pasar yang terlalu kuat di Indonesia. Saking kuatnya, pasar bisa merebut satu-satunya modal yang dimiliki masyarakat, yaitu tanah. “Modal kapital itu adalah uang, mesin, dan tanah. Tanah itu sebenarnya milik masyarakat, tapi pasar membeli tanah itu dan keuntungannya tidak kembali ke masyarakat,” ujarnya, Jumat (20/6).

Baca Juga: Eks Politikus Demokrat Bongkar Siasat JK untuk Anies Baswedan di Pilpres, Tapi Tetap Susah Menang

Ngorang mengatakan bahwa terjadi peminggiran kepada masyarakat Indonesia lewat mekanisme pasar. Caranya adalah dengan membeli tanah mereka, mendirikan properti di situ, lalu menjualnya dengan harga tinggi. 

Baca Juga: The Real King Maker, JK Masih Jadi Patron Banyak Politisi Termasuk Anies

“Itu merupakan suatu pola peminggiran, karena membuat masyarakat menjadi makin miskin,” katanya.

Pengajar di Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu menilai bahwa pemerintah seharusnya bisa melindungi masyarakat dari tangan jahat konglomerat. “Masyarakat seharusnya bisa tetap memiliki tanah itu dengan cara kerjasama dengan para pemilik modal,” ungkapnya.

Dengan cara tersebut, kapital modal yang dimiliki masyarakat tidak hilang begitu saja. “Jadi, ketika konglomerat punya uang dan mesin, masyarakat yang punya tanahnya,” paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: