Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemanfaatan Digitalisasi untuk Tingkatkan Produksi Sawit

Pemanfaatan Digitalisasi untuk Tingkatkan Produksi Sawit Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak 2006 hingga sekarang, Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan 58 persen pangsa pasar sawit dunia. Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) periode 2012-2020, Derom Bangun, mengatakan bahwa produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia berkisar 44 juta–49 juta ton.

"Produksi sawit Indonesia sudah naik sejak tahun 1980-an. Kemudian meningkat lebih tajam di dekade 1990-an dan dekade 2.000-an. Pada 2006 sudah menyamai produksi CPO Malaysia," kata Derom seperti dikutip dari elaeis.co.

Baca Juga: Komitmen Praktik Sawit Berkelanjutan Membuahkan Hasil

Lebih lanjut dijelaskan Derom, di masa depan, industri sawit akan memasuki era digitalisasi, yakni industri sawit 4.0. Hal ini berupa peningkatan produktivitas, bibit bermutu, serta digitalisasi operasional perkebunan dan industri sawit.

"Digitalisasi meningkatkan efisiensi sekaligus menyesuaikan cara-cara new normal dalam masa pandemi. Berbagai kegiatan seperti pembibitan, pemupukan, panen, dan pengangkutan, dapat diefisienkan dengan cara digitalisasi," jelasnya

CEO Esri Indonesia, Achmad Istamar, menambahkan, terkait penerapan digitalisasi, industri sawit bisa menerapkan teknologi GeoAI dalam sektor pertanian. Menurutnya, teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tersebut secara presisi dapat memonitor tanaman, kandungan nitrogen, dan kadar tanah sehingga produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat.

"Nantinya, penerapan teknologi ini bisa melakukan deteksi tanaman sehat melalui identifikasi warna, serta bisa menganalisis pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu," kata Achmad.

Selain itu, teknologi ini juga bisa mengidentifikasi tanaman yang memiliki penyakit dan mendeteksi titik api (hotspot) dengan mengklasifikasi tinggi maupun rendah probabilitasnya.

"Saat panen, juga dibutuhkan pengetahuan mengenai kematangan TBS. Kami saat ini sedang melakukan penelitian dengan komputer untuk melihat tingkat kematangan buah sehingga tingkat kematangan bisa standar dan bisa diakses oleh semua orang," ungkap Achmad.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: