Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangun Startup Fintech, Mantan Dokter Gigi Ini Sukses Jadi Miliarder Dunia!

Bangun Startup Fintech, Mantan Dokter Gigi Ini Sukses Jadi Miliarder Dunia! Kredit Foto: Twitter/Forbes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seoran mantan dokter gigi, Lee Seung-gun telah menjadi miliarder di Korea Selatan. Ia adalah pendiri dan CEO startup fintech Viva Republica. Lee telah bergabung dengan kelompok miliarder mandiri yang berkembang di Korea Selatan, di mana biasanya para chaebol atau konglomerat milik keluarga secara tradisional mendominasi ekonomi di sana.

Dilansir dari Forbes di Jakarta, Selasa (29/6/21) awal pekan ini, Viva Republica yang mengoperasikan aplikasi keuangan Toss, mengumumkan telah mengumpulkan USD410 juta (Rp5,9 triliun) dalam putaran pembiayaan yang menilai startup berusia delapan tahun dengan USD7,4 miliar (Rp107 triliun).

Baca Juga: Tren Energi Hijau Gandrung Miliarder, Orang Terkaya Asia Gak Mau Ketinggalan, Guyur Dana Rp146 T!

Investor tersebut termasuk Alkeon Capital Management yang berbasis di New York dan Altos Ventures di Silicon Valley. Investor lain di putaran sebelumnya adalah PayPal, dana kekayaan negara Singapura GIC dan perusahaan modal ventura Kleiner Perkins.

Seorang juru bicara Toss mengkonfirmasi bahwa saham Lee di Viva Republica bernilai lebih dari USD1 miliar (Rp14,4 triliun) setelah putaran pendanaan minggu ini. Forbes memperkirakan bahwa Lee memiliki sedikit kurang 18% dari Viva Republica, senilai USD1,2 miliar (Rp17,3 triliun).

Perusahaan berbasis di Gangnam, Seoul ini berdiri pada tahun 2013. Dua tahun kemudian, Viva Republica meluncurkan Toss sebagai layanan pengiriman uang. Sejak itu, Toss telah memperluas layanannya untuk memberikan pinjaman, memeriksa skor kredit, dan berinvestasi di saham.

Toss mengatakan memiliki 20 juta pengguna, atau lebih dari sepertiga penduduk Korea Selatan. Viva Republica melaporkan bahwa pendapatan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 390 miliar won (sekitar Rp4,7 triliun) pada tahun 2020 dari tahun sebelumnya, sementara kerugian menyempit menjadi 72,5 miliar won (Rp929 miliar) dari 115 miliar won (Rp1,4 triliun).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: