Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Sulitnya Kondisi Penulis dan Penerbit di Indonesia

Begini Sulitnya Kondisi Penulis dan Penerbit di Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Adeolu Eletu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tingkat literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dibanding negara lainnya. Melansir situs Kemendagri, Indonesia menempati posisi ke-62 dari 70 negara yang disurvei oleh Program for International Student Assesment (PISA) pada 2019 lalu. Survei itu menunjukkan Indonesia berada di peringkat 10 besar terbawah yang minat bacanya sangat rendah.

Akan tetapi, tingkat literasi bukan satu-satunya masalah dalam bidang membaca yang dihadapi Indonesia. Penerbit dan penulis juga menghadapi beberapa kesulitan dalam upaya menyediakan dan menerbitkan buku. Hal itu diungkapkan oleh Co-founder Storial.co Brilliant Yotenaga. Menurutnya, salah satu masalah yang dihadapi oleh penerbit dan penulis adalah keuntungannya yang sangat minim.

Baca Juga: Marak Pembajakan Buku: Penulis dan Penerbit Rugi, Pemerintah Tidak Bisa Melindungi

"Kami melihat di Indonesia untuk bisa jadi penerbit keuntungannya hanya 10-15 persen. Untuk jadi penulis, keuntungannya lebih sedikit lagi dari buku yang terjual, yaitu 10 persen," tuturnya dalam webinar Perpusnas RI, Kamis (1/7/2021).

Minimnya profit yang didapatkan penerbit dan penulis salah satunya karena sebagian besar hasil keuntungan buku diberikan kepada distributor dan toko buku. Berdasarkan estimasi Brilliant, keuntungan distributor dan toko buku mencakup 55 persen dari hasil penjualan buku.

Kemudian, masalah lain yang dihadapi penerbit adalah minimnya informasi mengenai selera pasar sehingga penerbit kesulitan menentukan jenis konten yang akan terjual laris di pasaran. Sementara dari sisi penulis, masalah yang juga dihadapi adalah lamanya proses penerbitan buku. Brilliant mengungkapkan, penulis bisa jadi menunggu 6-12 bulan sampai bukunya terpajang di rak toko buku.

"Dari penulis, income-nya kecil apalagi kalau bukan best seller. Terus nunggunya lama sampai (bukunya) di-publish," jelasnya.

Lalu, Brilliant juga mengungkapkan masalah yang dihadapi oleh pembaca di Indonesia. Menurutnya, variasi konten di Indonesia masih sedikit jika dibandingkan negara lain. "Variasi konten cukup sedikit kalau dibanding di luar negeri. Di sana variasi bukunya sangat banyak," kata Brilliant.

Selain itu, Brilliant mengatakan harga buku di Indonesia relatif tergolong mahal. Belum lagi beberapa daerah di Indonesia masih kesulitan akses mendapatkan buku.

"Indonesia adalah negara kepulauan dan ini mempunyai permasalahan dari segi logistik, sangat mahal dan susah. Apalagi ada 17 ribu pulau. Itu kalau mengirimkan semua buku ke pulau terpencil, lebih mahal ongkirnya daripada harga bukunya," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: