Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Bursa Sebut Pasar Modal Indonesia Berhasil Pulih Hingga Seperti Sebelum Pandemi Melanda

Bos Bursa Sebut Pasar Modal Indonesia Berhasil Pulih Hingga Seperti Sebelum Pandemi Melanda Kredit Foto: MNC Sekuritas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar modal Indonesia berhasil menjawab tantangan pandemi Covid-19 berkat digitalisasi. Bahkan, pasar modal dianggap sudah berhasil kembali pulih seperti sebelum pandemi. 

"Alhamdulillah sudah kembali pulih, hampir seperti sebelum Covid-19. Jadi, masih menjadi alternatif sumber pendanaan serta wadah investasi yang baik bagi investor," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi, saat webinar 'Mid-Year Investment Outlook 2021' bertajuk Exploring The Next Market Mover yang diselenggarakan MNC Sekuritas, Kamis (1/7/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terkoreksi dalam pada 24 Maret 2020 hingga di bawah 4000, lanjut Inarno, kini telah kembali pada level sebelumnya, mencapai 6000 per akhir Desember 2020. Pada akhir Juni 2021, IHSG ditutup di 5.985.Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 13,4 triliun. Naik 46% dibanding awal tahun 2020 yang sebesar Rp 9,21 triliun.

"Selain itu, terdapat lonjakan frekuensi mencapai rata-rata sekitar 1,3 juta transaksi per hari. Ini merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN dalam 3 tahun terakhir," kata Inarno.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo hingga Dirut BEI Bongkar Habis Arah Pergerakan Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia

Diikuti dengan lonjakan volume perdagangan yang mencapai lebih dari 18 milliar saham per hari. "Lompatan transaksi ini merupakan hal yang luar biasa," ucapnya.

Hal tersebut, kata Inarno, tidak lepas dari pertumbuhan investor di pasar modal. Jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 5,37 juta per akhir Mei 2021. Naik 38 persen dibandingkan akhir 2020.Jumlah investor yang aktif bertransaksi hingga akhir Mei mencapai 203.000 investor per hari. Atau tumbuh 113% dari rata-rata tahun sebelumnya. Dominasi investor domestik, khususnya investor retail terus berlanjut di 2021. "Sampai sekarang dominasi investor retail semakin terlihat dengan porsi hampir mencapai 60% per akhir Mei 2021," terangnya.

Pada 2020 lalu, lanjut Inarno, merupakan tahun kebangkitan investor domestik, terutama investor retail. Investor retail membukukan aktivitas transaksi yang besar yakni 48,4%.

Menurutnya, peningkatan jumlah investor tersebut hasil dari upaya Bursa Efek Indonesia yang terus melakukan sosialisasi dan edukasi literasi kepada masyarakat. "Termasuk oleh anggota bursa, seperti MNC Sekuritas yang sudah melakukan 400 kegiatan edukasi dan sosialisasi, dan bisa meraup 270 ribu investor," ungkapnya.

BEI sendiri hingga Mei telah melakukan sosialisasi dan edukasi mencapai 3.550 kegiatan dengan jumlah peserta mencapai 365 ribu orang. Sekitar 97% dilakukan secara daring. "Teknologi ini memudahkan kita untuk melakukan sosialisasi dan edukasi. Kami juga melakukan inovasi edukasi digital," katanya.

Dari sisi suplai, sampai akhir 2021 terdapat 23 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa dengan fundraise mencapai Rp 7,14 triliun. Hal ini membuat jumlah perusahaan yang listed di bursa mencapai 735. Ini merupakan yang tertinggi di ASEAN.

"Kita masuk 10 besar aktivitas pencatatan saham yang tertinggi di dunia selama 3 tahun berturut-turut dari 2018," kata Inarno.

Baca Juga: Penting! Bekali Diri dengan Edukasi dan Literasi Investasi sebelum Trading di Bursa Saham

Dalan kesempatan yang samma, Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan saat ini terjadi pergeseran yang sangat luar biasa dalam arti positif, dalam segala perspektif. Baik dari peningkatan nilai transaksi, peningkatan saham yang ditransaksikan, dan yang tidak kalah pentingnya, peningkatan basis investor lokal dan khususnya retail.

"Ini bagus sekali. Kalau pasar modal ditunjang lebih kuat dari domestik investornya, itu artinya pasar modal yang sehat," tuturnya.

Sejak beberapa tahun terakhir, kata Hary, banyakperubahan terjadi. Pertama, karena globalisasi. Globalisasi memaksa kompetisi makin intens.Kedua, karena digitalisasi. Saat ini, banyakperusahaan-perusahaanbergerak, migrasi atau ekspansi ke digital.Kondisi pandemi membuat transformasi digital terjadi lebih cepat. "Covid justru akan membuat digital business dalam segala sektor itu makin meningkat, karena interaksi fisik sangat riskan dalam situasi Covid sekarang ini," ungkapnya.

Hary mencontohkan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), anak perusahaan PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) awalnya bank konvensional telah bertransformasi menjadi digital banking. "Dengan adanya MotionBanking, ini seperti kita punya cabang di seluruh rumahnya orang Indonesia, termasuk orang Indonesia di luar negeri yang punya Internet," jelasnya.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Menganut Sistem Value Investing, Begini Kata Lo Kheng Hong Soal MNC Group

Di bidang media, dengan investasi besar-besaran di infrastruktur produksi, MNC bisa memproduksi 100% program yang ditayangkan 4 stasiun televisi miliknya. Begitu pandemi Covid langsung terbang, karena infrastruktur yang dimiliki semua digital. "Berdampak positif. Sekarang ini pangsa pemirsa prime time 4 TV MNC Group 54%," katanya.

Begitu juga OTT streaming yang baru diluncurkan sekitar 20 bulan lalu. "Sebelum Covid flat, sekarang monthly active users menjadi 32 juta. Hebatnya digital seperti itu," ucap Hary.

"Intinya, memilih perusahaan Tbk adalah perusahaan-perusahaan yang mampu melakukan adaptasi dengan benar dalam situasi new normal," lanjut Hary.

Yang pertama diakibatkan karena globalisasi, kompetisi. Kompetisi itu memaksa untuk bekerja lebih baik, lebih profesional. Belum lagi digital, mau tidak mau harus masuk ke digital. Dan yang ketiga, karena Covid, digital makin cepat lagi tumbuhnya Hary sangat optimistis pasar modal Indonesia akan berkembang lebih besar lagi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: