Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Indonesia Aja Sih, Utang Global Juga Meroket Selama Pandemi, Segini Jumlahnya!

Bukan Indonesia Aja Sih, Utang Global Juga Meroket Selama Pandemi, Segini Jumlahnya! Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Moraine
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 dan akibatnya telah mendorong utang global lebih tinggi dengan kenaikan sebesar $32 triliun pada tahun 2020. Moody's Investor Service dalam laporan yang baru dirilis mengatakan totalnya menjadi $290,6 triliun, yang dipimpin oleh utang pemerintah dan perusahaan non-keuangan, dan akan terus meningkat pada tahun 2021.

Penurunan terus-menerus dalam pertumbuhan produktivitas diyakini menimbulkan tantangan jangka menengah untuk keberlanjutan utang. Namun Afrika dan Karibia menjadi dua wilayah paling rentan di pasar negara berkembang (Emerging Market/EM).

Baca Juga: Negara Lain Bisa Tengok! Barbados Tawarkan Pelajaran Penghapusan Utang dalam Krisis, Caranya...

“Meskipun terjadi peningkatan default, dukungan kebijakan mencegah krisis utang di pasar negara berkembang, tetapi pandemi dan akibatnya akan menantang kapasitas layanan utang mereka. Ekonomi maju memiliki lebih banyak ruang fiskal tetapi akan menghadapi tantangan produktivitas dan demografis,” kata Moody's.

Meskipun demikian, pemulihan ekonomi global dari dampak pandemi Covid-19 akan terhuyung-huyung dengan Amerika Serikat (AS) memimpin pemulihan. Sementara ekonomi Eropa Selatan yang bergantung pada layanan akan tertinggal.

Meskipun ada peningkatan kredit bermasalah, sistem perbankan memasuki pandemi dengan rasio kapitalisasi yang lebih kuat dan akan tetap tangguh, kata lembaga pemeringkat.

Business Standard, yang mengutip Moody's menulis, utang pemerintah melonjak menjadi 105 persen dari produk domestik bruto (PDB) global pada kuartal keempat 2020 (Q4-2020). Cukup tinggi jika dibandingkan dengan 88 persen sebelum pandemi, level tertinggi sejak pasca-Perang Dunia II.

“Pandemi akan mendorong utang pemerintah ke rekor tertinggi, tetapi levelnya telah meningkat secara dramatis selama dekade terakhir. Pandemi ini akan menghambat kemajuan tujuan sosial dan menambah tantangan yang ada di banyak negara, seperti pertumbuhan yang lambat, investasi yang rendah, ketergantungan pada harga komoditas yang bergejolak, dan kerentanan terhadap guncangan iklim,” kata Moody's.

Utang rumah tangga, di sisi lain, naik menjadi 66 persen dari PDB dari 61 persen pada akhir 2019. Sebagian mencerminkan moratorium pinjaman dan ketahanan pasar real estat perumahan melalui pandemi, kata lembaga pemeringkat itu.

“Utang korporasi non-keuangan mengalami peningkatan terbesar kedua, naik menjadi 102 persen dari PDB dari 93 persen pada akhir 2019. Rasio utang korporasi terhadap PDB negara berkembang lebih tinggi daripada negara-negara maju. Utang perusahaan keuangan tumbuh menjadi 86 persen dari PDB dari 80 persen pada akhir 2019,” kata Moody's.

1623132006-9495.jpg

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: