Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Yoris Sebastian: Peluang Besar Persaingan Sengit, Tips Bertahan di Industri Kreatif

KOL Stories x Yoris Sebastian: Peluang Besar Persaingan Sengit, Tips Bertahan di Industri Kreatif Kredit Foto: Instagram/Yoris Sebastian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahun 2021 dinilai akan menjadi tahun pemulihan sektor ekonomi kreatif secara global. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Ugo, menyebutkan tahun ini menjadi momentum yang tepat untuk melaksanakan pemulihan global yang telah direncanakan.

Berdasarkan Opus Creative Economy Outlook 2019, sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar Rp1.105 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada pada posisi ketiga di dunia untuk jumlah kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB negara. 

Baca Juga: KOL Stories x Iwan Kenrianto: Bisnis Properti Menggiurkan dan Tips Bisnis Sang Juragan Kost

Sandiaga pun berharap kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB negara dapat meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu target yang harus dipenuhi adalah terbukanya lapangan kerja dalam sektor ekonomi kreatif.

Industri kreatif memang tengah berkembang pesat di Indonesia, terlebih dengan ditopang oleh arus informasi dan lajunya perkembangan teknologi yang masif. Alhasil, banyak ragam profesi baru yang lebih dilirik terutama oleh para milenial dan angkatan generasi Z.

Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) saja setidaknya saat ini ada 16 subsektor yang termasuk dalam industri kreatif, antara lain arsitektur, aplikasi dan game developer, fashion, desain produk, seni pertunjukan, desain interior, fotografi, kuliner, periklanan, musik, kriya, penerbitan, televisi dan radio, seni rupa, serta yang terakhir adalah film, animasi, dan video. 

Warta Ekonomi pun melalui program KOL Stories pun akan membahas perkembangan industri kreatif di Indonesia bersama dengan Founder OMG Consulting serta Co-Founder & Executive Chairman Inspigo, Yoris Sebastian.

Boleh diceritakan, bagaimana sih awalnya Mas Yoris terjun ke industri kreatif? Apa saja hal yang melatarbelakanginya?

Jadi sebenarnya saya tidak sengaja bekerja di industri kreatif. Saat itu saya sedang bekerja di IP (Indomugi Pratama) Entertainment. Saya membuat artist management yang pernah menang pitching Indonesian Idol Season 1 dan Season 2 yang saat itu belum dipegang MNC Group. Beberapa tahun kemudian ada lomba dari British Council yang diselenggarakan di seluruh dunia.

Di Indonesia, saya turut ikut serta sebagai Creative Entrepreneur of The Year dalam kategori musik. Saat itu saya punya saham di IP Entertainment sehingga membuat saya menjadi intrapreneur. Saya juga bekerja di Hard Rock Cafe, tetapi dari IP Entertainment sendiri saya menerima penghasilan dalam bentuk saham dan dividen.

Singkat cerita, saya berhasil menang seleksi nasional dan menjadi perwakilan negara untuk berangkat ke Inggris, bersama Ridwan Kamil yang mewakili dalam kategori design. Saya pun berhasil menang dan mendapat funding dari British Council. Di situlah saya pertama kali mengenal creative industry dan the power of creative economy. Tadinya saya tidak tahu hal itu. Karena banyak media yang memberitakan keberhasilan di Inggris, saya dipanggil oleh Kementerian Perdagangan.

Saat itu, pihak kementerian punya plan untuk membuat kampanye Indonesia Design Power. Tetapi dari saya sendiri dan British Council menyarankan agar mengubahnya menjadi Indonesa Creative Power, karena design hanyalah satu dari sekian banyak subsektor industri kreatif. 

Kita melihat talent industri kreatif di negara ini banyak sekali. Bahkan dari apa yang saya pelajari di Inggris, pendapatan negara dari sektor industri kreatif bisa mengalahkan pemasukan dari sektor oil and gas. Untungnya rencana itu di-approve oleh Presiden SBY sehingga saat itu hadir tahun Indonesia kreatif.

Jadi kira-kira, saya pertama kali berkecimpung masih menjadi karyawan biasa, kemudian karyawan senior, karyawan puncak, kemudian belajar menjadi intrapreneur yang berhasil menggulirkan beberapa hal baru seperti artist managementevent organizer, majalah, bar, dan lain sebagainya.

Setelah menang di Inggris, saya resign pensiun dini, kemudian saya mendirikan OMG Consulting. Dari banyak subsektor industri kreatif, saya menemukan salah satunya adalah riset. Jadi sebenarnya dari berbagai proyek OMG Consulting selama belasan tahun, pasti kami melakukan riset terlebih dahulu.

Sebagai seorang yang berkecimpung langsung di industri kreatif, menurut Mas Yoris seperti apa kondisi saat ini? Apa yang menjadi catatan Anda? Lalu, bagaimana prospek ke depannya?

Jadi kembali lagi ke tahun 2007 saat memperkenalkannya kepada pemerintah dan disambut dengan baik, kemudian diteruskan oleh Presiden Joko Widodo dan bisa memberikan pengaruh positif selama beberapa tahun ini. Namun di saat pandemi, hampir sebagian besar industri kreatif ikut terdampak. Mungkin yang tidak terlalu terdampak adalah video game dan aplikasi.

Kebetulan penjualan Inspigo masih berlipat-lipat, walau di bulan Maret hingga April juga sempat bingung karena menjadi hantaman yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Jadi industri kreatif bisa menghasilkan pendapatan yang berlipat-lipat, walau di Inspigo sendiri mau tidak mau harus banting setir dan tidak sesuai dengan business plan tahun 2020.

Jadi, industri kreatif saat ini ikut terdampak pandemi covid-19, seperti event organizer (EO) yang terdampak paling parah. Untuk EO yang switching ke dunia digital masih bisa survive, tetapi untuk EO yang tidak bisa switching ke digital masih tiarap dan menunggu untuk bisa melakukan event offline atau hybrid. Saya yakin industri kreatif menjadi industri yang paling cepat bangkit.

Mengingat perkembangan Industri kreatif di Indonesia yang begitu pesat, apakah ini menjadi suatu hal yang positif? Bagiamana cara kita bisa memanfaatkan peluang ini?

Saya selalu tekankan kepada mereka yang baru memulainya jika ini memang panggilan mereka. Sejak tahun 2007, industri kreatif menjadi sektor yang "seksi", bisa dilihat dari Presiden SBY yang menyetujui terciptanya industri ini dan Presiden Joko Widodo yang melanjutkannya. Kemudian bisa dilihat risetnya kalau sumbangan PDB industri kreatif kepada negara itu sangat besar sekali.

Jadi, siapa saja bisa ikut masuk. Tetapi, jangan dipaksakan hanya karena latah ikut-ikutan. Karena jika dihadapkan situasi seperti pandemi saat itu baru akan terasa dampaknya.

Bagaimana Mas Yoris melihat kualitas para pemain industri kreatif di Indonesia saat ini, mengingat saat ini pertambahan jumlah pengusaha di dominasi oleh anak muda?

Secara kualitas saya sudah bangga, ya. Misalnya ada seorang mahasiswa yang ikut seminar, kemudian dia terus belajar dan mengasah inovasinya, akhirnya juara nasional atas product innovation-nya, kemudian dia berhasil juara dunia. Jadi sumber dayanya sangat berkualitas. Tetapi itu butuh proses, butuh waktu.

Contohnya sutradara film Joko Anwar yang terkenal akan karyanya Pengabdi Setan. Sebelumnya dia butuh proses dengan belajar dan mencari modal kepercayaan agar bisa menciptakan film yang mendapat Piala Citra dan ditonton oleh jutaan orang. Ini semua juga berkat adanya regulasi pemerintah, sehingga Blitz atau CGV dan XXI mendadak menambah kuantitas layar kaca sebanyak 50 persen dalam waktu satu tahun. Dengan banyaknya bioskop, produser akan cepat balik modal sehingga Joko Anwar bisa dibilang home run.

Industri kreatif pasti berhubungan ide, bagaimana sih cara Anda memperoleh ide tersebut?

Saya sih percaya ide itu ada karena diciptakan, bukan didapatkan. Makanya saya tidak setuju jika ada orang yang bilang 'ingin mencari ide di gunung'. Bagi saya, ide itu bisa kita ciptakan, misalnya dalam hal research. Semua hal bisa kita riset, mulai dari menulis buku, membuat hotel, mendirikan mall, atau melakukan apa saja bisa dilakukan secara kreatif.

Ada proses yang saya sebut sebagai iteration yang berawal dari mencari ide, kemudian disortir, baru mendapat hasil yang layak untuk dijalankan atau saya sebut sebagai thinking out of the box, execute inside the box, jadi tetap harus sesuai dengan relevansinya. Intinya, bagaimana creativity ini bisa membuat value.

Adakah tips bagi teman-teman yang tengah bergerak di industri kreatif atau pun yang tengah berencana masuk ke industri ini? Karena meski memiliki peluang yang besar, saat ini persaingan di industri kreatif pun kian sengit

Di industri kreatif, kita hanya bermodal kreativitas saja. Saya mendirikan OMG Consulting itu tidak mengeluarkan uang, melainkan kreativitas. Sama halnya saat mendirikan Inspigo, ditambah nama dan reputasi. Tetapi sekarang sudah berbeda, karena kita bisa mengembangkan bisnis menggunakan uang orang lain.

Salah satu pionirnya adalah William Tanuwijaya. Dia awalnya adalah orang biasa dan tidak punya modal, kemudian bisa sukses karena Tokopedia. Ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Intinya, semua orang sebenarnya bisa berhasil. Tetapi, pelaku industri kreatifnya jangan kurang riset. Banyak yang bisa dilakukan seperti mencari tahu, wawancara, dan membaca buku.

Makanya saya sempat bilang enjoy the process, so you can enjoy the result. Kesempatan terbuka luas, siapa saja bisa, tidak pakai modal uang, karena perlu punya kreativitas.

Adakah pesan yang ingin disampaikan pada teman-teman semua?

Tahun 2021 ini, vaksinasi adalah kunci. Kenapa Amerika Serikat bisa survive? Karena mereka menjadi salah satu negara penemu dan bisa produksi vaksin. Ada contoh lain negara Singapura yang mendanai delapan jenis vaksin sehingga negara tersebut dapat jatah vaksin lebih dulu, walaupun tidak punya pabrik vaksin.

Indonesia sendiri punya Bio Farma yang mempunyai bibit berupa virus covid-19 yang dimatikan atau dilemahkan, kemudian diproses kembali oleh pabrik sehingga bisa dibanggakan ke negara sekitar.

Tetapi kondisi kita mirip dengan India yang terkena second-wave di saat sedang berlangsungnya vaksinasi. Jadi ini pukulan keras untuk kedua kalinya. Untuk kita semua yang belum sempat bangkit, cobalah untuk bertahan dan think positive agar bisa berpikir kreatif. Banyak perusahaan yang banting setir dan sukses.

Di saat krisis seperti ini, jangan melihat passion telebih dahulu, kita harus bertahan dengan melakukan hal lain secara kreatif dan secara produktif. Mari kita berjuang bersama dan jangan lupa untuk tetap kreatif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: