Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Kuartal I 2021, Utang Luar Negeri Filipina Tembus $97 Miliar, Ini Penyebabnya

Di Kuartal I 2021, Utang Luar Negeri Filipina Tembus $97 Miliar, Ini Penyebabnya Kredit Foto: Unsplash/Sam Balye
Warta Ekonomi, Manila -

Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) melaporkan pinjaman wajib luar negeri Filipina tembus $97,04 miliar pada kuartal pertama tahun 2021. Dalam sebuah pernyataan, bank sentral itu merinci jumlah utang pada akhir Maret 2021 adalah $1,4 miliar atau 1,5 persen lebih rendah dari $98,48 yang tercatat akhir Desember 2020. 

“Penurunan tingkat utang selama kuartal pertama tahun 2021 terutama disebabkan oleh pembayaran bersih sebesar $3,1 miliar yang dikaitkan dengan penyelesaian kewajiban oleh bank swasta lokal dan penebusan oleh pemerintah nasional atas obligasi yang akan jatuh tempo,” kata laporan tersebut, dikutip dari Manila Times, Kamis (8/7/2021).

Baca Juga: Utang Bertumpuk, Inggris Hadapi Lonjakan Terbaru dalam Rencana Nol Karbon

Penurunan juga dibantu oleh revaluasi mata uang asing negatif $1 miliar karena dolar AS naik terhadap mata uang lainnya di tengah meningkatnya imbal hasil obligasi Treasury AS, di antara faktor-faktor lainnya.

Namun, stok utang mengalami kenaikan sebesar $15,6 miliar dari akhir Maret 2020 karena ketersediaan bersih sebesar $13,5 miliar. Rinciannya, sebagian besar oleh pemerintah dan swasta non-bank; $1,1 miliar dalam transfer surat utang Filipina dari penduduk ke bukan penduduk; $687 juta dalam penyesuaian dari periode sebelumnya; dan $390 juta dalam revaluasi valuta asing positif.

Rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) negara meningkat menjadi 26,7 persen dari 27,2 persen pada kuartal lalu, tetapi memburuk dari 21,4 persen tahun lalu.

"Rasio tersebut menunjukkan posisi kuat berkelanjutan negara untuk melayani pinjaman luar negeri dalam jangka menengah hingga panjang. Rasio EDT (utang luar biasa) terhadap PDB negara itu tetap menjadi salah satu yang terendah dibandingkan dengan negara-negara anggota Asean (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) lainnya," catat BSP.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: