Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ilmuwan Sepakat Varian Delta Bukan Cuma Sangat Menular, tapi Tumbuh Lebih Cepat...

Ilmuwan Sepakat Varian Delta Bukan Cuma Sangat Menular, tapi Tumbuh Lebih Cepat... Kredit Foto: Pixabay/Cromaconceptovisual
Warta Ekonomi, New York -

Setelah berbulan-bulan pengumpulan data, para ilmuwan setuju bahwa varian delta adalah versi virus corona yang paling menular di seluruh dunia. Ini menyebar sekitar 225% lebih cepat dari versi asli virus, dan saat ini mendominasi wabah di Amerika Serikat.

Sebuah studi baru, yang diterbitkan secara daring pada Rabu (7/7/2021), menjelaskan alasannya. Ditemukan bahwa varian tersebut tumbuh lebih cepat di dalam saluran pernapasan manusia dan ke tingkat yang jauh lebih tinggi, para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Guangdong melaporkan.

Baca Juga: Covid-19 Varian Wuhan, Alpha, dan Delta, Inilah Perbandingan Rasio Penularannya

sciencesource_ss1251573-edit_custom-dfc25aa9e361d5a51c5cb3ae2d12b948fd0f2798-s800-c85.webp

Angka-angka dalam ilustrasi ini menunjukkan situs mutasi utama varian delta dari virus corona, yang kemungkinan merupakan versi yang paling menular. Di sini, protein lonjakan virus (merah) mengikat reseptor pada sel manusia (biru). Juan Gaertner

Rata-rata, seperti dilansir NPR, Kamis (8/7/2021), orang yang terinfeksi varian delta memiliki sekitar 1.000 kali lebih banyak salinan virus di saluran pernapasan mereka daripada mereka yang terinfeksi dengan jenis asli virus corona, studi tersebut melaporkan.

Selain itu, setelah seseorang terkena varian delta, orang tersebut kemungkinan akan lebih cepat menularkan penyakitnya. Rata-rata, butuh sekitar empat hari untuk varian delta untuk mencapai tingkat yang dapat dideteksi di dalam diri seseorang, dibandingkan dengan enam hari untuk varian virus corona asli.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan menganalisis pasien COVID-19 yang terlibat dalam wabah pertama varian delta di daratan China, yang terjadi antara 21 Mei dan 18 Juni di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong. Para peneliti mengukur tingkat virus pada 62 orang yang terlibat dalam wabah itu dan membandingkannya dengan tingkat pada 63 pasien yang terinfeksi pada tahun 2020 dengan versi awal virus.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: