Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Market Sentiment?

Apa Itu Market Sentiment? Kredit Foto: Unsplash/Campaign Creators

Bullish Percent Index

Bullish Percent Index (BPI) akan mengukur jumlah saham dengan pola bullish berdasarkan grafik titik dan angka. Pasar netral memiliki persentase bullish sekitar 50%. Ketika BPI memberikan pembacaan sekitar 80% atau lebih tinggi, sentimen pasar terlihat sangat optimis, dengan kemungkinan saham yang overbought. Demikian juga, ketika mengukur 20% atau di bawah, sentimen pasar negatif dan menunjukkan adanya oversold market.

Moving Average

Investor biasanya menggunakan 50-day simple moving average (SMA) dan 200-day SMA saat menentukan sentimen pasar.

Ketika 50-day SMA melintas di atas 200-day SMA, maka kondisi ini disebut sebagai golden cross, yang menunjukkan bahwa momentum telah bergeser ke sisi atas, menciptakan sentimen bullish. Sebaliknya, ketika 50-day SMA melintas di bawah 200-day SMA, maka situasi ini disebut sebagai death cross, dan ini menunjukkan harga yang lebih rendah, menghasilkan sentimen bearish.

Bagaimana Market Sentiment Dapat Mempengaruhi Harga?

Market sentiment mendorong permintaan dan penawaran, yang pada gilirannya menyebabkan pergerakan harga. Sentimen pasar menjadi bullish ketika harga naik, sedangkan akan menjadi bearish ketika harga turun. Trader akan menggabungkan indikator sentimen pasar dengan kerangka kerja perdagangan atau bentuk analisis lainnya untuk memperbaiki sinyal masuk dan keluar. Kunci untuk mendapatkan maximum return bagi investor adalah dengan mengukur mood dengan benar dan bertindak lebih cepat.

1. Teori Behavioral Financial

Teori behavioral financial atau perilaku keuangan, yang disusun oleh Kahneman & Tversky, menunjukkan berbagai bentuk "irasionalitas" investor yang berlandaskan aspek psikologis. Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa investor sangat rasional, dan keputusan mereka seringkali tidak mengacu pada aturan fundamental, tetapi dipandu oleh persepsi dunia mereka sendiri atau keputusan investor lain.

Bias kognitif dan emosional investor – seperti terlalu percaya diri pada kemampuan mereka untuk meramalkan, menggunakan aturan praktis dalam alokasi investasi, mengalami kesulitan menyesuaikan pandangan mereka dengan informasi baru, ketergantungan yang berlebihan pada kinerja masa lalu – memainkan peran besar dalam menentukan perilaku investor dalam pasar, menjadi lebih sering mengarah pada keputusan investasi yang bias.

2. Teori Animal Spirit

Teori Animal Spirit yang diciptakan oleh John Maynard Keynes mengasumsikan bias kognitif seperti itu di mana di bawah ketidakpastian, individu didominasi oleh naluri mereka, dan tindakan mereka ditentukan oleh sentimen mereka sendiri. Ketika pasar sedang melonjak, investor akan berbondong-bondong ke sana, mengharapkan keuntungan yang semakin tidak realistis dan mengalokasikan portofolio mereka sesuai dengan itu.

Ketika penurunan yang tak terhindarkan terjadi, investor akan menjadi semakin pesimis namun secara mengejutkan mempertahankan portofolio berisiko mereka untuk menghindari kapitalisasi kerugian. Perilaku kawanan ini dengan demikian pasti berkaitan dengan sentimen pasar dan memungkinkan antusiasme irasional, yang sering dimanifestasikan dalam bentuk harga dan bubble yang tidak efisien.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: