Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mahasiswa Kecewa Moeldoko Dituding yang Enggak-Enggak, ICW, Kamu Tak Punya Hati...

Mahasiswa Kecewa Moeldoko Dituding yang Enggak-Enggak, ICW, Kamu Tak Punya Hati... Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua BEM Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, Faisal Abdul Rachman, menilai tuduhan Indonesia Corruption Watch (ICW) bahwa Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko berburu rente melalui promosi Ivermectin, sebagai tuduhan berbahaya. 

Karena itu, pihaknya pun mempertanyakan hati nurani dan empati kemanusiaan yang dimiliki tokoh-tokoh ICW.  Baca Juga: Moeldoko Ancam Ambil Langkah Hukum, Pengamat Kasih Lampu Hijau

“Mendengar apa yang dituduhkan ICW yang penuh buruk sangka, saya sampai harus bertanya-tanya, apakah mereka masih memiliki hati nurani dan punya sedikit empati buat kemanusiaan?” katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (25/7/2021).

Sebab, menurut Faisal, bila saja masih ada tersisa keduanya, seberapa besar pun pikiran skeptis dalam benak tokoh ICW, tak akan begitu mudahnya buruk sangka itu mengalahkan empati kepada kemanusiaan. Baca Juga: Gugat Menkumham di PTUN, Ternyata Pengacara KSP Moeldoko Diduga Pernah Palsukan Surat Kuasa

Lanjutnya, ia mengatakan jika saja ada sedikit empati, orang-orang ICW seharusnya mendukung apa yang selama ini dilakukan Moeldoko dalam upaya memberantas pandemi Covid-19. Sebagaimana luas diberitakan media-media massa arus utama, Moeldoko rutin mengirimkan ribuan tablet ke berbagai daerah yang tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19, seperti Kudus dan Semarang. Untuk itu Moeldoko menggunakan jalur HKTI yang diketuainya. Yang harus menjadi catatan, Moeldoko juga selama ini mengatakan obat yang diyakini manjur untuk penderita Covid-19 itu sebagai Ivermectin, nama generiknya, bukan merek dagang tertentu. 

Faisal mempertanyakan, apakah sebagai kalangan terdidik para tokoh ICW tidak meng-up date berita harian seputar lonjakan pandemi yang terjadi, khususnya dalam sebulan terakhir. Sebab bila mereka mencermati pemberitaan, sukar untuk tidak ikut merasakan kesulitan, kesedihan, dan suasana muram yang tengah mengungkung Indonesia. 

“Bagaimana tidak sedih, cemas dan bahkan ikut kuatir, bila penambahan kasus harian saja masih puluhan ribu, angka kematian harian rata-rata di atas seribu orang?” kata Faisal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: