Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Takut Jadi Mangsa Taliban, Lusinan Jenderal Purnawirawan Minta Relokasi Warga Afghanistan

Takut Jadi Mangsa Taliban, Lusinan Jenderal Purnawirawan Minta Relokasi Warga Afghanistan Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, London -

Lusinan mantan komandan militer menyerukan kepada pemerintah Inggris untuk merelokasi lebih banyak warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan Inggris selama 20 tahun terakhir. Hal itu disampaikan dengan alasan bahwa mereka kemungkinan akan dibunuh oleh Taliban saat pasukan asing ditarik.

Jenderal Purnawirawan Richard Dannatt, mantan kepala Staf Umum, dan pemimpin senior lainnya dari kampanye di Afghanistan, mengatakan program pemukiman kembali untuk penerjemah dan staf lainnya perlu bertindak dengan lebih “kemurahan hati dan urgensi.”

Baca Juga: Hubungan China-Taliban Memanas, Lihatlah Amerika Hati-hati Terima Mimpi Buruk...

"Terlalu banyak penerjemah kami ditolak secara tidak masuk akal," kata mereka dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Boris Johnson yang diterbitkan Rabu, dikutip laman Associated Press, Kamis (29/7/2021).

“Kami mendesak pemerintah segera mengkaji ulang kebijakan tersebut. Hanya mereka yang merupakan ancaman keamanan nasional yang harus dikecualikan,” jelas mereka.

Inggris memiliki “kewajiban moral” untuk memukimkan kembali orang-orang yang mempertaruhkan hidup mereka untuk membantu pasukan Inggris, dan kegagalan untuk melakukannya akan merusak reputasi negara itu di luar negeri, kata Dannatt dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Di antara mereka yang saat ini tidak memenuhi syarat untuk pemukiman kembali adalah warga Afghanistan yang dipecat karena pelanggaran kecil, seperti seorang pria yang mengambil cuti tanpa izin untuk mengunjungi ibunya yang sakit, kata Dannatt.

Memperluas program akan memungkinkan sekitar 4.000 lebih karyawan Afghanistan dan keluarga mereka pindah ke Inggris, di samping 3.000 yang telah dimukimkan kembali, katanya.

“Kami juga sangat prihatin dengan staf Afghanistan yang memberikan dukungan penting kepada kami tetapi tidak memenuhi syarat untuk relokasi karena mereka tidak bekerja dalam 'peran terbuka' atau dikontrak melalui pihak ketiga," tulis mantan komandan tersebut. “Taliban tidak membuat perbedaan seperti itu.”

Pada puncak penempatan pasca 2001 ada hampir 10.000 tentara Inggris di Afghanistan, sebagian besar di provinsi Helmand di selatan. Inggris mengakhiri operasi tempur pada 2014, tetapi sekitar 750 tentara tetap berada di negara itu untuk melatih pasukan Afghanistan.

Pasukan AS dan NATO lainnya mengakhiri pengerahan yang diluncurkan terhadap pasukan al-Qaida dan Taliban setelah serangan 11 September.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: