Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuat-kuatan Pengaruh, Diplomat Top Amerika Bicara Kemungkinan Afghanistan Jadi Negara Paria

Kuat-kuatan Pengaruh, Diplomat Top Amerika Bicara Kemungkinan Afghanistan Jadi Negara Paria Kredit Foto: AP Photo

Namun di Kabul, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mendesak masyarakat internasional "untuk meninjau kembali narasi kesediaan Taliban dan pendukung mereka untuk merangkul solusi politik".

“Dalam hal skala, ruang lingkup dan waktu, kami menghadapi invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 30 tahun terakhir,” dia memperingatkan dalam sebuah pidato pada Rabu.

“Ini bukan Taliban abad ke-20 … tetapi manifestasi dari hubungan antara jaringan teroris transnasional dan organisasi kriminal transnasional.”

Di New Delhi, Blinken memperingatkan Taliban bahwa mereka harus berubah jika menginginkan penerimaan global.

“Taliban mengatakan bahwa mereka mencari pengakuan internasional, bahwa mereka menginginkan dukungan internasional untuk Afghanistan. Agaknya, ingin pemimpinnya bisa bebas bepergian di dunia, sanksi dicabut, dll,” katanya.

“Pengambilalihan negara dengan paksa dan menyalahgunakan hak-hak rakyatnya bukanlah jalan untuk mencapai tujuan tersebut.”

Analis mengatakan China, yang menyatakan posisi kebijakan luar negerinya adalah non-intervensi dalam masalah negara lain, merasa muak dengan religiusitas Taliban mengingat kedekatannya dengan Xinjiang yang mayoritas Muslim.

Namun pertemuan itu memberikan legitimasi kepada kelompok yang menginginkan pengakuan internasional –dan potensi perisai diplomatik di PBB– untuk menyamai pawai militer mereka di seluruh negeri.

"Wang Yi menunjukkan, Taliban Afghanistan adalah kekuatan militer dan politik yang penting di Afghanistan," kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian kepada wartawan di Beijing.

“Tiongkok selama ini menganut non-intervensi dalam urusan internal Afghanistan … Afghanistan adalah milik rakyat Afghanistan,” katanya, sangat kontras dengan “kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan”.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: