Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Kaleng-Kaleng, Bos WHO: Sistem Kesehatan Negara Kewalahan Gara-Gara Varian Delta!

Bukan Kaleng-Kaleng, Bos WHO: Sistem Kesehatan Negara Kewalahan Gara-Gara Varian Delta! Kredit Foto: Reuters/Denis Balibouse
Warta Ekonomi, Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dunia terancam kehilangan progres penanganan Covid-19 ketika varian Delta yang sangat menular menyebar dengan cepat.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menggambarkan varian Delta sama menularnya dengan cacar air dan juga memperingatkan bahwa varian itu dapat menyebabkan penyakit parah, tulis Washington Post yang mengutip dokumen internal CDC. Baca Juga: Gara-Gara Ini Anies Baswedan Girang Bukan Kepalang: Semua Atas Izin Allah

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan infeksi Covid-19 meningkat 80 persen selama empat bulan terakhir di sebagian besar kawasan dunia. Kematian di Afrika--yang hanya 1,5 persen populasinya sudah divaksin-- melonjak 80 persen selama periode yang sama. Baca Juga: AS Dikecam! Hamas Geram Negara Paman Sam Jor-Joran Kasih Dukungan Militer ke Israel

"Progres (penanganan Covid-19) akan sulit didapatkan atau hilang, ini dalam bahaya, dan sistem kesehatan di banyak negara kini kewalahan," kata Tedros saat konferensi pers. 

Sementara itu, data WHO menujukkan Varian Delta terdeteksi di 132 negara sehingga mendominasi dunia. Namun demikian, vaksin yang disetujui WHO diklaim masih efektif melindungi dari virus.

"Vaksin-vaksin yang saat ini disetujui oleh WHO, semuanya memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penyakit parah dan rawat inap dari semua varian, termasuk varian Delta," kata pakar kedaruratan senior WHO, Mike Ryan.

"Kita sedang memerangi virus yang sama, namun satu virus yang menjadi lebih cepat dan lebih baik beradaptasi untuk menular di antara kita manusia, itulah perubahannya," lanjutnya.

Kepala teknis Covid-19 WHO, Maria van Kerkhove, menyebutkan bahwa varian Delta sekitar 50 persen lebih menular ketimbang varian asli SARS-CoV-2, yang mulanya muncul di China pada akhir 2019.

Sejumlah negara melaporkan lonjakan tingkat rawat inap, namun tingkat kematian yang tercatat akibat varian Delta tidak lebih tinggi, katanya. 

Baca Juga: Pemprov Bali Bakal Sediakan Loket Pungutan Wisman di Terminal Domestik Bandara

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: