Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Argha J Karo: Deretan Saham yang Masih Tetap ‘Seksi’ Meski PPKM Diperpanjang

KOL Stories x Argha J Karo: Deretan Saham yang Masih Tetap ‘Seksi’ Meski PPKM Diperpanjang Kredit Foto: Argha J Karo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 selama satu pekan ke depan, yakni hingga Senin 9 Agustus 2021. Ini merupakan perpanjangan kedua PPKM Level 4 setelah perpanjangan sebelumnya berakhir pada Senin 2 Agustus 2021.

Meski, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa PPKM Level 4 ini akan berlaku di sejumlah kabupaten/kota. Akan tetapi, Jokowi belum menyebutkan daerah mana saja yang akan menerapkan PPKM Level 4. Ia hanya menyampaikan bila, wilayah yang akan menerapkan PPKM Level 4 akan diumumkan Menteri Koordinator.

Baca Juga: KOL Stories x Michael Yeoh: Gimana Cara Mengenal Saham yang Sedang Uptrend dan Sudah Downtrend?

Langkah ini diambil lantaran kasus Covid-19 di Tanah Air masih tinggi dan telah menembus lebih dari 3,4 juta kasus. Apalagi, ancaman penularan kasus ini pun sudah merembet ke luar Pulau Jawa dan Bali.

Dalam masa perpanjangan PPKM Level 4 ini, sejumlah pengetatan aktivitas masih berlaku. Seperti penutupan mal, serta sejumlah perusahaan sektor esensial atau kritikal masih bisa bekerja di kantor work from office (WFO) dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Lalu bagaimana dengan nasib ekonomi Indonesia utamanya pasar modal dengan adanya keputusan tersebut? Pasalnya, pembatasan kegiatan masyarakat ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga pastinya akan mempengaruhi pasar.

Warta Ekonomi melalui program KOL Stories akan membahasnya bersama dengan Argha J Karo yang merupakan founder dari Creative-Trader Indonesia.

Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level 4, menurut Anda apakah akan memberi dampak ke pasar modal?

Pembatasan kegiatan masyarakat sebenarnya sudah terjadi satu tahun terakhir, cuma hanya levelnya saja yang berbeda. Dampak terbesarnya adalah bursa saham berubah. Kalau dulu busa saham berkaitan dengan ekonomi, di mana pasar modal merupakan profile picture dari ekonomi itu sendiri.

Namun setelah pandemi ini sudah berubah karena dunia masih mengalami resesi global. Bursa saham akan tetap menarik, bahkan di saat keadaan ekonomi negara sedang kacau. Karena ini jadi opsi lain dalam mencari keuntungan, baik bagi investor atau pemilik perusahaan.

Selain PPKM, apa saja sentimen-sentimen yang mempengaruhi pasar modal Indonesia saat ini?

Kembali lagi ya, kalau sentimen berasal dari faktor eksternal. Terkadang satu berita pun kita tidak tahu apakah itu sentimen negatif atau positif. Jujur saya sendiri cukup kaget saat PPKM Level 4 diperpanjang. Jadi kalau kita berbicara zaman dulu ini merupakan sentimen negatif sehingga saham pun ikut turun.

Namun ternyata bursa saham saat ini sedang naik. Berdasarkan teori, PPKM diperpanjang mungkin menjadi sentimen positif karena faktanya uang di pasaran makin bertambah.

Pertanyaannya sekarang adalah peredarannya ke mana? Mungkin pebisnis ritel di mall sedang tidak mendapat pemasukan. Namun jumlah uangnya tidak berubah dan masih bisa dialokasikan ke tempat yang lain. Di sini bursa saham tampil sebagai pilihan alternatif. Mereka tidak bisa spending di mall maka bisa mengeluarkan anggaran untuk membeli saham. Jadi semakin sedikit corongnya maka bursa saham semakin diminati karena opsinya semakin sedikit.

Apalagi, saat ini harga saham sudah tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan. Jadi bagi saya, PPKM berpengaruh positif bagi bursa saham, walaupun berdampak negatif bagi mayoritas perusahaan.

Dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat ini sebenarnya perusahaan-perusahaan di sektor apa saja sih yang terkena dampak positif?

Sebenarnya, perusahaan yang masih bersinar di pandemi ini tidak terlalu banyak pilihannya. Jika kita berbicara perusahaan farmasi masih tidak terlalu banyak. Kalbe Farma masih masuk ke dalam perusahaan farmasi terbesar. Mungkin IRRA atau AGII bisa menjadi pilihan. Namun yang saya lihat justru kebangkitan industri digital.

Pandemi ini membuat akselerasi dari sektor riil ke digital menjadi sangat cepat. Misalnya jumlah pemakaian handphone sebelum pandemi anggaplah 1.000 jam.  Karena pandemi ini, dalam satu tahun bisa meningkat sebanyak 2.000.

Secara penghasilan, memang banyak perusahaan tidak diuntungkan. Namun jika dilihat dari lifestyle yang berubah maka ini bisa menjadi kesempatan bagi mereka. Maka kita harus melihat tren ke depannya seperti apa. Pada akhirnya yang mendapat rezeki adalah start-up apapun, karena semuanya berbau digital.

Di Indonesia sendiri yang diprediksi besar justru bukan bank digital melainkan bank rencana digital. Karena mereka berfokus menjual mimpi bukan barang riil. Atau mungkin perusahaan yang diakuisisi oleh start up yang mau beranjak IPO.

Strategi apa yang sebaiknya dijalankan saat ini?

Strateginya kurang lebih sama dengan dua bulan terakhir ini. Kita bisa cek saham-saham yang pergerakannya yang cukup volatile dan cukup fokus cari untung di situ. Karena begitu banyak ketidakjelasan di masa depan, ada banyak blue chip yang bisa dijadikan pilihan semisal tidak berani membeli saham yang tingkat volatilitasnya tinggi.

Atau mungkin kita bisa melihat saham perusahaan yang sedang hot, karena saat ini saham yang bagus masih itu-itu saja.

Kemudian dari pandangan Anda sendiri, apa saja saham-saham yang masih seksi pada kondisi seperti ini? Lalu apa alasannya?

Saya sebenarnya bukan orang yang bilang bahwa saham yang digoreng itu seksi ya, seperti BGTG dan BABP. Bagi orang yang menunggu saham yang akan naik, mungkin saham batubara masih punya banyak potensi untuk mulai bergerak secara signifikan, misalnya ADARO atau PTBA.

Mungkin juga bisa dipertimbangkan saham yang berkaitan dengan teknologi atau konglomerasi yang sedang hot, misalnya MNC, BCA, BABP, atau EMTK. Karena kembali lagi, itu semua bukan untuk disimpan selama beberapa bulan ya. Kalau pun ingin disimpan dalam beberapa bulan, mungkin saya lebih menyarankan saham batubara atau ARTO dan AKRA.

Apakah ada pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada teman-teman semua?

Mungkin harus lebih open minded, karena saat ini bisa dimanfaatkan untuk belajar dan bisa menjadi saat yang menyulitkan bagi orang yang tetap "ngotot" menggunakan mindset lama. Teruslah belajar, dan coba lihat kondisi lain. Karena melihat kondisi sektor riil di Indonesia saat ini belum tentu dalam waktu sebulan akan berakhir. Bersiaplah dengan kondisi apapun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: