Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Nuklir, Ebrahim Raisi Sampai-sampai Harus Telepon Emmanuel Macron untuk...

Soal Nuklir, Ebrahim Raisi Sampai-sampai Harus Telepon Emmanuel Macron untuk... Kredit Foto: CNN
Warta Ekonomi, Teheran -

Dalam sambungan telepon pertamanya sebagai kepala negara, Presiden Iran Ebrahim Raisi menghubungi Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia meminta Macron untuk mengamankan 'hak' Iran dalam perundingan nuklir yang saat ini masih mengalami kebuntuan.

Pada Selasa (10/8/2021) kantor berita Iran, IRNA, melaporkan dalam sambungan teleponnya dengan Macron pekan lalu Raisi mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa harus mengimplementasikan komitmen mereka dalam perjanjian nuklir 2015. Perjanjian itu juga dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Baca Juga: Inilah Wakil Presiden Iran yang Ditunjuk Ebrahim Raisi, Disetujui Amerika hingga...

Prancis, AS, Jerman, Inggris, Rusia, dan CHina adalah negara-negara besar yang menandatangani JCPOA. Prancis berperan sebagai penengah. "Di setiap negosiasi, hak bangsa Iran harus diamankan dan dijamin," kata Raisi.

Ulama garis keras dan orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei itu juga mengkritik langkah pemerintah mantan Presiden AS Donald Trump yang menarik Washington dari JCPOA. Trump lalu memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi ke Teheran.

Meski ketegangan di Timur Tengah semakin memanas dan Iran masih mengabaikan kesepakatan JCPOA secara bertahap, tapi pernyataan Raisi menandai kesediaan Iran untuk kembali ke meja perundingan.

Selama beberapa bulan terakhir pihak-pihak yang terlibat dalam JCPOA menggelar perundingan di Wina, Austria. Perundingan tersebut bertujuan agar Iran mematuhi kembali kesepakatan-kesepakatan yang tercantum dalam JCPOA.

Namun belum ada pertemuan lagi sejak negosiasi terakhir pada Juni lalu. Pemerintah Prancis juga mengeluarkan pernyataan mengenai sambungan telepon tersebut. Prancis mengatakan Macron mendesak Iran kembali ke meja perundingan di Wina.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: