Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 7: Diego Christian

The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 7: Diego Christian Kredit Foto: Instagram/Diego Christian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Minat baca di Indonesia menempati kelompok terbawah di antara negara-negara di dunia. UNESCO mengungkapkan, rasio minat baca di Tanah Air hanya 0,001%. Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya ada 1 orang yang gemar membaca. Akses terhadap bahan bacaan turut memicu rendahnya minat baca di Indonesia. Di Benua Eropa dan Amerika, akses bahan bacaan menembus angka 20 hingga 30 buku per orang setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, rasio jumlah buku dan jumlah penduduk belum mencapai satu buku per orang setiap tahunnya.

Selain karena akses bahan bacaan yang minim, rendahnya minat baca di Indonesia juga dipengaruhi oleh paparan teknologi, di mana saat ini gawai dan media sosial bisa dibilang adalah segalanya bagi masyarakat. Banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat melalui media sosial, terutama dalam hal mencari hiburan. Setiap harinya, masyarakat sibuk berselancar di dunia maya hingga menyentuh buku untuk membaca pun menjadi ternomorduakan.

Baca Juga: The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 6: Azhar Nurun Ala

Padahal, kemampuan atau literasi membaca dibutuhkan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam proses kreatif seperti halnya menulis sebuah karya. Berangkat dari keresahan tersebut, Warta Ekonomi Group yang terdiri atas wartaekonomi.co.id dan herstory.co.id menggagas campaign #BacaSampaiTuntas untuk turut meningkatkan minat baca di Indonesia.

Melalui campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group mengajak masyarakat untuk membudayakan membaca secara tuntas setiap informasi dan bacaan yang diterima sehingga mendapat pemahaman yang utuh dan menyeluruh.

Sebagai bagian dari campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group melakukan bincang-bincang dengan penulis sekaligus artist manager, Diego Christian. Berikut ini merupakan hasil bincang-bincang jurnalis Warta Ekonomi Group Witri Nasuha bersama dengan Diego Christian.

Bicara mengenai buku, tentu berkaitan dengan aktivitas membaca. Menurut Kak Diego, bagaimana potret minat baca di Indonesia saat ini?

Hari ini sepertinya orang-orang lebih suka membaca tulisan dalam medium yang sedikit. Kadang-kadang aku merasa bahwa anak-anak yang lahir di tahun 70 atau 80-an, mereka masih punya endurance untuk membaca tulisan yang panjang karena terbiasa membaca koran setiap harinya. Sekarang ini tentang bagaimana kita bisa menyuapi saja, apalagi banyak orang yang ingin serba praktis. Seperti makanan saja sudah bisa diantar langsung ke rumah.

Mungkin dalam hal bacaan, orang lebih senang dibuat dalam bentuk grafik. Jadi agak disayangkan faktanya seperti itu. Begitu pula dengan buku yang akan menjadi booming jika sudah dialihkan menjadi film, webtoon, atau hal lainnya. Padahal, membaca itu penting karena bisa membantu menciptakan kerangka berpikir kita, melihat dari sudut pandang yang berbeda dan membantu kita dalam mengambil suatu keputusan.

Tak bisa dimungkiri, minat baca negara kita terbilang rendah. Nah, apakah hal itu turut menjadi tantangan bagi Kak Diego sebagai seorang penulis?

Tantangannya adalah bagaimana kita bisa "ngulik" dengan apa yang sedang terjadi di zaman ini. Kalau minat baca mereka rendah, konten yang kita buat harus bisa menarik perhatian mereka. Cara membuat konten yang lebih baik adalah perbanyak riset, salah satunya dengan membaca.

Banyak orang hebat seperti penyanyi terkenal Mariah Carey yang sejak kecil membaca koran dan buku supaya bisa membuat lirik lagu yang pas didengar oleh penggemarnya. Selain itu, dengan membaca seorang penulis lagu juga dapat mengetahui diksi yang ingin digunakan seperti apa, atau mengubah cara berpikirnya juga sehingga karyanya akan lebih baik. Membaca itu banyak manfaatnya.

Menulis buku tentu harapannya bisa dibaca dan dinikmati oleh orang lain. Namun kalau dari sisi Kak Diego sebagai seorang penulis, apa sih manfaat yang didapat dari membaca?

Manfaat yang didapat itu sudah pasti sih menambah cara aku dalam melihat sesuatu. Misalnya seperti ini, ada pandangan hidup kalau kita harus peduli terhadap segala sesuatu. Namun, semenjak saya membaca buku berjudul The Subtle Art of Not Giving a F*ck, saya jadi bisa bersikap lebih "bodo amat" dalam hidup, tentunya dalam konotasi yang positif, ya. Jadi dengan membaca satu buku saja itu seperti bergeser dari tempat kita berdiri untuk melihat sesuatu dari cara pandang yang berbeda.

Menurut Kak Diego, seberapa berpengaruhnya aktif dan konsisten membaca terhadap proses menulis karya?

Menurut saya itu penting. Misalnya, saya sedang berbicara dengan seseorang yang menguasai suatu topik pembicaraan. Jika kita pernah membaca tentang hal tersebut, kita bisa langsung tahu topik yang dibahas, bahkan jika kita tidak se-expert orang yang sedang menjadi lawan bicara, tetapi setidaknya kita bisa tahu basic-nya. Karena kita sudah punya wawasan, walau tidak secara mendalam ya. Memang benar, membaca itu sangat membantu aku, terutama untuk keperluan research.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: