Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Negara Kepulauan Cemas Lihat Laporan Perubahan Iklim PBB: Kami Berada di Ambang Kepunahan

Ketika Negara Kepulauan Cemas Lihat Laporan Perubahan Iklim PBB: Kami Berada di Ambang Kepunahan Kredit Foto: AP Photo/Harald Tittel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan perubahan iklim pada Senin (9/8/2021) yang mengeluarkan "kode merah untuk kemanusiaan." Laporan itu memperingatkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan manusia akan menyebabkan peristiwa ekstrem yang "belum pernah terjadi sebelumnya" jika tindakan global segera tidak diambil.

Untuk lusinan negara kepulauan di seluruh dunia, mengutip CBS News, Kamis (12/8/2021) laporan itu menegaskan bahwa mereka "di ambang kepunahan."

Baca Juga: Bahaya! Perlombaan Miliarder ke Luar Angkasa Ciptakan Potensi Besar Terhadap Perubahan Iklim!

Sejak publikasi laporan tersebut, banyak pejabat dan duta besar untuk negara-negara kepulauan telah berbicara tentang situasi mengerikan yang mereka hadapi jika dunia tidak mengindahkan peringatan PBB.

"Laporan ini adalah berita yang menghancurkan bagi negara-negara yang paling rentan terhadap iklim seperti Maladewa," cuit mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed, Senin (9/8/2021), dikutip laman CBS News.

"Ini menegaskan kita berada di ambang kepunahan. Darurat iklim meningkat, kita berada di garis depan," tambahnya.

Laporan PBB, yang ditulis oleh lebih dari 230 ilmuwan dari seluruh dunia, merinci bagaimana aktivitas manusia, yaitu pembakaran bahan bakar fosil, menyebabkan siklus perusakan lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil yang berlebihan menciptakan tingkat gas rumah kaca yang sangat tinggi, yang memerangkap panas di atmosfer dan menyebabkan suhu naik. Pemanasan menyebabkan es mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk zaman modern dan menyebabkan permukaan laut naik.

Kenaikan permukaan laut mencapai titik tertinggi sekarang daripada titik mana pun dalam setidaknya 3.000 tahun, meningkat sekitar 8 inci dari tahun 1901 hingga 2018, menurut laporan PBB. Kecepatan itu hanya mempercepat, dan menghangatkan lautan dalam prosesnya.

Lautan dipenuhi dengan berbagai arus yang bertindak seperti ban berjalan untuk mengatur iklim global dan mendistribusikan air hangat dan dingin ke seluruh dunia. Tapi saat menghangat, arusnya lambat dan kemampuan untuk mengatur melemah, menciptakan lebih banyak peluang untuk peristiwa cuaca buruk terjadi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: