Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rumah Sakit Dituding Bisniskan Covid-19 demi Raup Cuan, PERSI Angkat Bicara

Rumah Sakit Dituding Bisniskan Covid-19 demi Raup Cuan, PERSI Angkat Bicara Kredit Foto: Siloamhospitals.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah emiten rumah sakit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kenaikan laba drastis yang merupakan imbas dari pandemi Covid-19. Terlebih, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan juga turut berkontribusi dalam peningkatan kinerja emiten tersebut.

Berangkat dari kondisi tersebut, sebagian masyarakat menuding pihak rumah sakit sengaja memanfaatkan pandemi untuk meraup untung. Menanggapi tudingan tersebut, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Lia G. Partakusuma, mengatakan bahwa keuntungan yang diperoleh sebagian rumah sakit bergantung pada strategi manajemen masing-masing.

Baca Juga: 5 Strategi Jangka Panjang Ini Dipersiapkan Pemerintah Hadapi Covid-19

"Pandemi itu bisa dua mata uang, satu adalah sebuah cobaan karena itu [rumah sakit] semuanya harus mengeluarkan modal yang besar dan tenaganya berkurang, tapi bagi rumah sakit yang bisa memanfaatkan situasi, memang betul itu adalah challenge. Nah, ini tergantung dari manajemen rumah sakitnya. Kalau rumah sakitnya lincah dan bisa memiliki strategi, ya bisa saja [memperoleh untung]," kata Lia kepada Warta Ekonomi, Senin (16/8/2021).

Salah satu rumah sakit yang mengalami lonjakan keuntungan adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) atau Siloam Hospitals Group. SILO tercatat memiliki kenaikan laba bersih sebesar 789% pada kuartal I/2021. Sebelumnya, pada kuartal 1/2020 laba bersih SILO ialah sebesar Rp16,19 miliar, kemudian meningkat 8 kali lipat di kuartal 1/2021 menjadi Rp143,89 miliar.

Menurut Lia, hal tersebut disebabkan strategi manajemen SILO yang menyediakan layanan home care bagi para pasien di kala pandemi. Sementara, permintaan layanan home care terbilang cukup tinggi, bahkan, kata Lia, permintaan home care SILO mencapai ribuan.

"Jadi, kalau pertanyaannya apakah ada rumah sakit yang berlebih, ya bisa ada. Karena mereka yang mengatur [manajemen] sendiri. Tapi, kalau ditanya ada nggak rumah sakit yang sampai harus tutup dan merugi? Ada. Ini sama saja kayak perusahaan di luar. Ada nggak perusahaan yang untung karena pandemi? Ada, karena mereka memanfaatkan [situasi]," papar Lia.

Lia menjelaskan, ada beragam faktor yang membuat rumah sakit besar memiliki kinerja yang lebih bagus. Misalnya, kemampuan teknologi yang mendukung serta sistem kerja yang tersusun rapi. Dengan demikian, rumah sakit semacam itu dapat mengurus tagihan dengan baik dan tepat waktu.

Di sisi lain, rumah sakit kecil, terutama yang di daerah, bisa jadi mengalami kondisi sebaliknya. Lia mengungkapkan, "Coba lihat rumah sakit di daerah, mungkin saja mereka bisa jadi ngurangin orang."

Perwakilan PERSI itu meminta masyarakat untuk tidak menilai kinerja rumah sakit hanya dari satu atau dua rumah sakit saja. Pasalnya, tak semua rumah sakit memiliki kapasitas yang sama dengan rumah sakit besar yang mengalami kenaikan untung.

"Artinya, jangan melihat satu-dua saja. Kita lihat secara holistik. Jangan juga apriori, 'Rumah sakit ini untung'. Kita lihat juga, apakah semua yang dikeluarkan rumah sakit itu terbayar dengan klaim dari Kemenkes? Kan nggak tahu juga kita. Kalau bisa jangan dilihat satu-dua kasus saja, secara keseluruhan seperti apa, itu yang lebih baik," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: