Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Perbedaan Mujahidin dan Taliban: Dari Perang Soviet hingga Perjuangan Afghanistan

Mengenal Perbedaan Mujahidin dan Taliban: Dari Perang Soviet hingga Perjuangan Afghanistan Kredit Foto: Redux/Anzenberger - Agostino Pacciani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada 1970-an, sekelompok pejuang baru muncul di Afghanistan. Kelompok itu menyebut diri mereka mujahidin (mujahideen). Kata "mujahidin" berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar pada kata "jihad" yang berarti perjuangan, dengan definisi menurut kamus daring Merriam Webster adalah pejuang gerilya Islam khususnya di Timur Tengah. Sementara itu, kata "mujahidin" menurut Britanica adalah Muslim yang berperang atas nama agama atau komunitas Muslim (ummah).

Mujahidin pada saat itu adalah sebuah kata yang awalnya digunakan untuk para pejuang Afghanistan yang menentang kolonialisme Raj Inggris ke negara itu pada abad ke-19. Pada abad ke-20, istilah ini paling sering digunakan di Afghanistan dan Iran.

Baca Juga: Taliban 2.0: Media Sosial, Hukum Syariah dan Kebijakan Luar Negeri yang 'Bersahabat'

Jika demikian, siapa sebenarnya mujahidin abad ke-20 ini?

Mengutip ThoughtCo, Kamis (19/8/2021), dalam konteks Afghanistan selama akhir abad ke-20, para mujahidin adalah pejuang Islam yang membela negara mereka dari Uni Soviet. Tentara Merah (Red Army) yang dikerahkan Soviet telah menginvasi Afghanistan pada tahun 1979 dan berperang berdarah di sana selama satu dekade.

Akar Perang Afghanistan itu terletak pada penggulingan pemerintah Presiden Mohammad Daud Khan yang berhaluan tengah, pada April 1978 oleh perwira militer sayap kiri yang dipimpin oleh Nur Mohammad Taraki. Britanica mencatat, kekuasaan kemudian dibagi oleh dua kelompok politik Marxis-Leninis, yang memiliki sedikit dukungan rakyat.

Afghan_Muja_crossing_from_Saohol_Sar_pass_in_Durand_border_region_of_Pakistan%2C_August_1985.png

Mujahidin Afghanistan menyeberang dari Saohol Sar lewat di wilayah perbatasan Durand Pakistan, Agustus 1985. Foto Erwin Franzen

Pemerintah baru menjalin hubungan dekat dengan Soviet, melancarkan pembersihan kejam dari semua oposisi domestik, dan memulai reformasi tanah dan sosial yang luas yang sangat dibenci oleh penduduk Muslim yang taat dan sebagian besar antikomunis.

Merespons tindakan kejam Soviet, pemberontakan muncul melawan pemerintah di antara berbagai kelompok suku dan kota yang menggunakan Islam sebagai sumber inspirasi yang menyatukan. Kelompok-kelompok ini secara kolektif dikenal sebagai mujahidin

Adapun mujahidin Afghanistan sangat beragam, termasuk etnis Pashtun, Uzbek, Tajik, dan lainnya. Beberapa adalah Muslim Syiah, yang disponsori oleh Iran, sementara sebagian besar faksi terdiri dari Muslim Sunni. 

Selain para pejuang Afghanistan, Muslim dari negara lain secara sukarela bergabung dengan barisan mujahidin. Jumlah orang Arab yang jauh lebih kecil (termasuk Osama bin Laden, 1957–2011), pejuang dari Chechnya, dan lainnya bergegas membantu Afghanistan. Bagaimanapun, Soviet secara resmi adalah negara ateis, bertentangan dengan Islam, dan orang-orang Chechen memiliki keluhan anti-Soviet mereka sendiri.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: