Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CBDC Masa Depan, Bank Thailand Temukan Solusi Hindari Risiko Stabilitas Keuangan

CBDC Masa Depan, Bank Thailand Temukan Solusi Hindari Risiko Stabilitas Keuangan Kredit Foto: Unsplash/Dave Kim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank of Thailand (BoT) telah menerbitkan hasil studi baru mereka tentang bagaimana mengelola implikasi penerbitan mata uang digital bank sentral ritel (CDBC) untuk sektor keuangan negara. Berbeda dari CBDC grosir, yang dibatasi untuk digunakan oleh lembaga keuangan dan perantara, CBDC ritel tersedia secara luas untuk digunakan oleh masyarakat umum.

Bank of Thailand, seperti banyak bank sentral lainnya di seluruh dunia, telah terlibat dalam penelitian dan pengembangan CBDC dan sekarang berencana untuk mulai menguji CBDC tahun depan.

Baca Juga: Beda Pendapat, Presiden dan Bank Sentral Argentina Bertolak Belakang Soal Bitcoin dan CBDC

Berbeda dengan BoT, tidak semua bank sentral ini telah berkomitmen untuk menguji coba CBDC ritel secara khusus. Dari studi terbarunya, BoT telah mengungkapkan tiga kesimpulan utama yang diambilnya untuk memastikan bahwa penerbitan CBDC ritel tidak menimbulkan risiko bagi stabilitas keuangan.

Setelah sebelumnya mengidentifikasi "penerbangan ke kualitas", yaitu konsumen lebih memilih CBDC daripada mata uang fiat yang ada dalam situasi tertentu sebagai faktor risiko utama, studi BoT mencatat bahwa tantangan lebih lanjut dapat mencakup efek buruk pada transmisi kebijakan moneter atau pada lembaga keuangan yang ada.

Untuk mencegah hal ini, penelitian tersebut menyarankan bahwa tiga poin ini sangat penting: "(1) CBDC bersifat cash-like dan non-interest-bearing, (2) perantara seperti lembaga keuangan menjadi penyalur CBDC kepada masyarakat umum, dan (3) syarat atau batasan untuk mengonversi CBDC harus ditetapkan."

Langkah-langkah tersebut, menurut BoT, akan membantu memastikan bahwa CBDC ritel tidak bersaing dengan simpanan bank. Juga untuk melestarikan peran perantara dalam mengumpulkan simpanan dan memberikan kredit serta mengelola likuiditas dalam sistem keuangan secara keseluruhan. Langkah-langkah ini juga memberikan perlindungan terhadap berjalan di lembaga keuangan, dalam pandangan BoT.

Khususnya, BoT memperkirakan bahwa permintaan publik untuk CBDC ritel akan tumbuh dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan mata uang tersebut menjadi bentuk pembayaran alternatif di masa depan, sebagai pengganti uang tunai dan bentuk uang elektronik yang ada.

Di samping ini, BoT telah mengungkapkan rincian lebih lanjut dari percontohan yang direncanakan untuk CBDC ritel dalam situasi dunia nyata. Pemberlakuan akan dibagi menjadi dua trek. Yang pertama, Foundation Track, akan dimulai pada Q2 2022 dan akan melibatkan penggunaan mata uang untuk melakukan aktivitas seperti uang tunai dalam skala terbatas. Misalnya, sebagai pembayaran atau tanda terima untuk barang dan jasa, serta untuk konversi.

Yang kedua, Jalur Inovasi, yang lebih ambisius akan mengeksplorasi cara-cara di mana CBDC ritel dapat digunakan untuk lebih banyak kasus penggunaan baru dengan memanfaatkan masukan dari pelaku sektor swasta dan pengembang teknologi.

Peta jalan untuk jalur kedua ini belum selesai dan BoT mengindikasikan bahwa pihaknya masih mengembangkan format percontohan dan menilai faktor mana yang akan memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaannya.

Seperti diberitakan sebelumnya, BoT telah bergabung dengan beberapa bank besar di Asia untuk mengerjakan proyek prototipe CBDC lintas batas atau Multiple Central Bank Digital Currency Bridge (m-CBDC) yang menggunakan teknologi buku besar terdistribusi. Bank peserta lainnya termasuk Otoritas Moneter Hong Kong, Bank Sentral Uni Emirat Arab, dan Institut Mata Uang Digital di Bank Rakyat China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: