Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sektor Pariwisata Dinilai Lebih Ampuh Dongkrak Konsumsi Masyarakat Kelas Atas

Sektor Pariwisata Dinilai Lebih Ampuh Dongkrak Konsumsi Masyarakat Kelas Atas Kredit Foto: Antara/Spedy Paereng
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani meyakini, sektor pariwasata akan lebih memberikan dampak signifikan terhadap upaya meningkatkan konsumsi masyarakat kelas atas.

Sebelumnya, pemerintah telah memberikan potongan PPnBM untuk pembelian kendaraan mewah, seperti mobil, dengan tujuan memancing minat belanja masyarakat kelas atas. Akan tetapi, Aviliani memandang upaya tersebut tidak berdampak signifikan.

Baca Juga: INDEF Nilai Perbaikan Data Bantuan Sosial Jadi Kunci untuk Tingkatkan Konsumsi Masyarakat

"Tapi ternyata, tidak signifikan [peningkatan] belanja mereka terhadap mobil dan motor. Jadi, perlu dicari mana yang sektornya bisa membuat orang belanja. Menurut saya, yang bisa digenjot itu adalah sektor pariwisata dan turunannya, tapi justru di era pandemi ini pariwisata yang paling kena," kata Aviliani dalam webinar Bappenas RI, Jumat (20/8/2021).

Menurut Aviliani, kepercayaan masyarakat kelas atas terhadap penanganan situasi pandemi masih terbilang rendah sehingga mereka ragu membelanjakan uang mereka untuk berwisata. Untuk itu, dibutuhkan adanya kombinasi kebijakan antara pendorongan sektor pariwisata dengan penegakkan protokol kesehatan.

"Kalau ini bisa dijaga, menurut saya, sisi konsumsi kita bisa meningkat cukup signifikan. Itu bisa terlihat di triwulan II 2021, di mana ketika ada vaksin orang sudah positif terhadap ekonomi sehingga belanja di triwulan II itu membaik," ujar Aviliani.

Pasalnya, masyarakat kelas atas berkontribusi paling besar terhadap tingkat konsumsi masyarakat secara nasional. Aviliani menyatakan, angka kontribusi pengeluaran masyarakat kelas atas adalah sebesar 46%. Namun, di tengah situasi pandemi ini, masyarakat kelas atas lebih memilih menyimpan uang mereka di bank dibanding membelanjakan uang mereka.

"Pertumbuhan dari orang menyimpan uang di atas Rp5 miliar di perbankan itu meningkat signifikan. Itu artinya, banyak orang yang punya uang [tetapi] tidak membelanjakan. Bahkan, justru mereka menginvestasikan uangnya dan ini yang biasanya memengaruhi pertumbuhan ekonomi dari sisi belanja," paparnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2021 yang disajikan oleh Aviliani, nominal simpanan uang di atas Rp5 miliar tumbuh hingga 15,7% yoy (year-on-year) pada Mei 2021. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding simpanan lainnya yang berada di kisaran 5-7%.

Terlebih, lanjut Aviliani, masyarakat kelas atas yang memutuskan untuk membelanjakan uangnya pun lebih memilih membeli produk di kategori hobi, bahkan kebanyakan membeli produk impor.

"Jadi artinya, kalau pemerintah sekarang selalu ngomong digitalisasi, jujur saja, sekarang malah banyaknya impor, bukan ke arah ekspor. Nah ini yang harus diubah, bagaimana cara bisa tumbuh dari sisi konsumsi," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: