Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keren! Aset BPR Intidana Tembus Rp 1 Triliun di Tengah Pandemi

Keren! Aset BPR Intidana Tembus Rp 1 Triliun di Tengah Pandemi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 telah berdampak pada perekonomian domestik. Salah satu indikatornya ialah tak optimalnya fungsi intermediasi perbankan akibat melemahnya permintaan kredit dari dunia usaha.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2020 pertumbuhan kredit industri perbankan, dalam hal ini bank umum, tercatat terkontraksi 2,40% secara tahunan. Sedangkan laba bersih terkoreksi 33,08%. Rasio kredit bermasalah atau non perfoming loan (NPL), meski masih dalam batas aman yang ditetapkan regulator, tampak merangkak naik dari 2,53% di 2019 menjadi 3,06%.

Walaupun demikian, di industri bank perkreditan rakyat (BPR), secara umum kinerja dan fungsi intermediasi yang dijalankan bank-bank rural terlihat lebih solid ketimbang bank umum. 

Salah satunya adalah BPR Intidana Sukses Makmur (BPR Intidana) mampu menutup tahun kerja 2020 dengan pencapaian yang optimal. Fungsi intermediasi yang dijalankan BPR Intidana berjalan sangat baik. Baca Juga: LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPR Sumber Usahawan Bersama

Biro Riset Infobank (birI) mencatat, pada 2020, kredit yang disalurkan BPR Intidana Rp653,06 miliar. Secara tahunan, kredit tumbuh 7,62%. Sedangkan DPK tumbuh sangat tinggi, yakni 67,40% atau menjadi Rp544,06 miliar. Sementara, di tahun lalu juga, BPR Intidana menorehkan satu pencapaian istimewa dari sisi kinerja keuangan, yakni aset yang melampaui Rp1 triliun. Menutup 2020, BPR Intidana membukukan aset Rp1,03 triliun atau tumbuh 24,70%. Pertumbuhan ketiga komponen kinerja keuangan BPR Intidana itu jauh di atas rata-rata industri BPR nasional. 

Atas pencapaian kinerja keuangan yang baik di 2020, pada “Rating BPR versi Infobank 2021”, BPR Intidana mendapat predikat “sangat bagus”. Pada rating tahun sebelumnya, BPR terbesar di DKI Jakarta ini juga mendapat predikat yang sama. Artinya, kendati dalam masa krisis karena pandemi, pada 2020 BPR intidana tetap mampu menjaga performa bisnisnya secara berkelanjutan.

“Kunci keberhasilan BPR Intidana dalam mengarungi tahun kerja 2020 adalah kerja keras dan penerapan budaya kerja baru “KITE COCOK” (Ketuhanan Yang Maha Esa, Integritas, Team Work, Customer Focus, Continuous Improvement) dengan fokus pada sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berintegritas,” ujar Polycarpus Feriyanto, Direktur Utama BPR Intidana di Jakarta, Senin (23/8/2021).

Lebih jauh Polycarpus menjelaskan, ada sejumlah strategi yang mendukung keberhasilan BPR Intidana. Antara lain, tetap melakukan pendekatan jemput bola kepada nasabah, melakukan pendekatan kepada perusahaan BUMN, instansi pemerintah, dan swasta, melakukan proses analisa kredit yang cepat dan efisien namun tetap mengedepankan prinsip prudential banking, serta membina relationship yang baik dengan nasabah. 

Selain itu, pembenahan organisasi dan pengembangan kompetensi SDM serta perluasan jaringan kantor juga menjadi langkah strategis yang dilakukan BPR Intidana di 2020 untuk mengoptimalkan pertumbuhan bisnis dan pelayanan kepada nasabah. Tahun lalu, BPR Intidana membuka dua kantor cabang, yang berada di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara dan Kota Bekasi, Jawa Barat.

“Selama 2020 kami telah berupaya untuk melaksanakan langkah-langkah strategis untuk mengelola dan mengembangkan usaha, antara lain pembenahan organisasi, penguatan kompetensi SDM, meningkatkan kualitas pengelolaan aktivitas pemasaran, dan melakukan perluasan ekspansi serta peningkatan branding,” tambah Polycarpus.

Memasuki 2021, sampai dengan triwulan pertama, kinerja keuangan BPR Intidana dari sisi neraca tumbuh relatif cukup baik. Total aset tumbuh 1,79%, DPK tumbuh tumbuh 6,42% dari posisi akhir tahun. Dalam hal profitabilitas, BPR Intidana membukukan laba bersih Rp1,12 miliar.

“Target pertumbuhan kredit di 2021 di kisaran 4%. Namun, melihat perkembangan dunia usaha yang terdampak oleh pandemi, maka diperkirakan pertumbuhan kredit akan cenderung melambat dan penyaluran akan dilakukan secara selektif dan lebih ketat lagi. Sedangkan target pertumbuhan DPK ada di kisaran 13%," sebut Polycarpus. 

Adapun strategi dalam mencapai target DPK yaitu menerapkan sistem jemput bola (datang langsung ke tempat penabung atau deposan), memberikan pelayanan yang maksimal dalam segala hal dengan dukungan fasilitas gedung kantor yang representative dan menjalankan fasilitas online, sehingga kebutuhan transaksi nasabah dapat dilakukan di semua jaringan kantor BPR Intidana yang tersebar di Jabodetabek.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: