Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Haru Pria yang Pernah Tinggal di Pengungsian, Kini Bangun Startup Bernilai Miliaran Dolar AS

Kisah Haru Pria yang Pernah Tinggal di Pengungsian, Kini Bangun Startup Bernilai Miliaran Dolar AS Kredit Foto: Inc.com/Hims & Hers
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lahir di Tashkent, Uzbekistan, Joe Spector dahulu tak pernah terbayang untuk bisa berbisnis seperti sekarang. Pasalnya, di negaranya dahulu, berbisnis justru dilarang dan ilegal. Namun akhirnya, pada tahun 2017, Spector mendirikan Hims, sebuah perusahaan obat resep telemedicine yang berfokus pada perawatan untuk disfungsi ereksi (DE) dan kebotakan pria.

Baur-baru ini, ia menerapkan model telehealth Hims ke layanan kedokteran hewan dan ikut mendirikan Dutch. Memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menjadi wirausaha adalah sesuatu yang tidak pernah dianggap remeh oleh Spector.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Anthony von Mandl, Pengusaha Wine Terkemuka di Kanada

Dilansir dari Inc.com di Jakarta, Rabu (25/8/21) Spector mengatakan bahwa ia tumbuh dewasa di tengah pemerintah Uni Soviet yang melarang swasta untuk berwirausaha. Jika nekat, maka berpotensi dikirim ke kamp kerja paksa di Siberia.

Terlepas dari risikonya, kakeknya menjalankan praktik dokter gigi ilegal di rumah Spector dan Spector ingat bagaimana ibunya gugup mengawasi siapa pun yang mencurigakan datang ke rumah untuk melaporkannya. Sejak awal, sifat keluarganya menular padanya.

"Saya seseorang yang tidak pernah mengikuti aturan atau mendengarkan otoritas," katanya.

Karena kekhawatiran antisemitisme, Joe dan orang tuanya meninggalkan Uzbekistan pada tahun 1989 dan tinggal di sebuah kamp pengungsi di Italia sebelum mendapatkan status suaka politik untuk datang ke AS pada tahun 1990.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: